Tujuan Pembelajaran:
-
Siswa dapat memahami
mengenai activity based costing
-
Siswa dapat menerapkan
perhitungan activity based costing dalam kehidupan sehari-hari
1 Biaya Produk
Pengertian biaya produk
ditentukan oleh tujuan manajerial yang ingin dipenuhi. Definisi biaya produk
dapat memberikan gambaran mengenai prinsip dasar manajemen biaya, yaitu biaya
yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Sebagai contoh, manajemen tertarik pada
analisis profitabilitas strategis. Untuk mendukung tujuan ini, manajemen
membutuhkan informasi mengenai semua penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan
produk. Oleh karena itu, biaya produk rantai nilai (value chain product cost) akan sesuai karena biaya ini memasukkan
semua biaya yang dibutuhkan dalam penilaian profitabilitas strategis. Contoh
kedua, manajerial memiliki tujuan untuk melakukan analisis terhadap
profitabilitas taktis sehingga biaya pendesainan dan pengembangan produk
menjadi tidak relevan terutama untuk produk yang telah ada. Misalnya, keputusan
untuk menerima atau menolak suatu penawaran bahan baku produk yang telah
dihasilkan tidak akan terpengaruh oleh biaya pendesaianan ataupun pengembangan
produk.
Berdasarkan kepentingan
pelaporan eksternal, biaya produk dapat diklasifikasi menjadi tiga komponen,
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku adalah
penggunaan bahan-bahan yang dapat
dilacak secara langsung ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya
ini dapat dialokasikan langsung ke produk karena observasi secara fisik dapat
digunakan untuk mengukur kunatitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan
yang menjadi bagian dari produk berwujud atas penyediaan jasa juga dapat diklasifikan
sebagai bahan baku. Contoh bahan baku, yaitu: kayu di pabrik mebel, baja di
pabrik mobil, terigu di pabrik roti, dan bahan bakar di maskapai penerbangan.
Biaya tenaga kerja
langsung merupakan tenaga kerja yang dapat dilacak secara langsung ke dalam produk
atau jasa yang dihasilkan. Seperti bahan baku, observasi fisik dapat digunakan
untuk mengukur jumlah penggunaan tenaga kerja untuk menghasilkan sebuah produk
atau jasa. Tenaga kerja yang mengubah bahan baku menjadi sebuah tenaga kerja
langsung. Misalnya tukang kayu di pabrik mebel, tukang las di pabrik mobil, dan
pilot di maskapai penerbangan.
Biaya overhead adalah semua biaya produksi
selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Dalam perusahaan manufaktur, biaya
overhead sering disebut sebagai beban
pabrik (factory burden) atau overhead
pabrik. Contoh gaji mandor pabrik, gaji teknisi perawatan mesin pabrik,
dan biaya penggunaan bahan bakar mesin diesel untuk kelistrikan pabrik.
Biaya
Per Unit
Biaya
per unit (unit
cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap satu unit
produk. Biaya yang dihitung berasal dari pembebanan biaya ke objek biaya
seperti produk, konsumen, pemasok, dann bahan mentah. Biaya per unit dihitung
dengan cara sebagai berikut.
Perusahaan mobil
membuat 1.000 unit mobil, biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp100.000.000.000 maka biaya per unit sebuah mobil adalah Rp100.000.000. Perhitungan biaya per unit produk terlihat
sederhana, tetapi sulit dipraktikkan. Hal tersebut karena beberapa hal.
Pertama, harus ditentukan terlebih dahulu apa dan berapakah biaya total. Perlu
juga dibatasi apakah biaya total itu hanya berupa biaya produksi atau termasuk
biaya pemasaran. Kedua, harus ditentukan cara mengukur biaya yang akan
dibebankan dalam biaya total. Pengukuran akan dilakukan berdasarkan biaya
sesungguhnya ataukah biaya yang diestimasikan saja. Ketiga, pemilihan metode
pembebanan suatu biaya ke dalam biaya produk yang akan digunakan.
Pentingnya Penentuan Biaya Per Unit
Produk
Manajemen perlu menentukan biaya per
unit produk untuk berbagai kepentingan, baik yang bersifat strategis maupun
taktis, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Dasar penentuan harga.
Jika manajemen mengetahui biaya produksi sebuah akan dapat menentukan harga
yang sekiranya tidak akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2.
Dasar pembuatan
keputusan. Jika manajemen mengetahui biaya produksi sebuah produk maka mereka
dapat membandingkannya dengan harga jual produk pesaing. Berdasarkan hal
tersebut, manajer akan dapat menentukan apakah sebaliknya produk dihentikan
produksinya atau dapat terus dilanjutkan.
Banyak
keputusan sttategis dibuat berdasarkan pada biaya per unit. Oleh karena itu,
akurasi dalam penentuan biaya per unit menjadi penting. Contoh keputusan strategis tersebut adalah keputusan
penentuan pemosisian produk (product
positioning) dan penentuan harga jual produk.
Penentuan Biaya Per Unit Produk
Biaya
per unit produk dihitung dengan cara sebagai berikut.
Biaya per unit = Biaya bahan baku total + Biaya tenaga
kerja
Langsung total +
Biaya overhead total
Unit
diproduksi total
|
Sebagai contoh, sebuah
perusahaan kecap cap Mangga menghasilkan 15.000 botol kecap menggunakan biaya
bahan baku sebesar Rp100.000.000, upah tenaga kerja langsung sebesar
Rp150.000.000, dan biaya overhead
sebesar Rp50.000.000. Biaya per unit produk dihitung sebagai berikut.
Biaya
per unit = Rp100.000.000 + Rp150.000.000 +
Rp50.000.000
150.000
botol
Biaya
per unit = Rp20.000/botol
Biaya
produk setiap botol kecap di perusahaan tersebut adalah Rp20.000. Dengan
mengetahui angka biaya produksi produksi per unit tersebut, banyak kebijakan
yang dapat dibuat. Misalnya, jika perusahaan tidak ingin rugi maka harga jual
kecap per botol harus lebih dari Rp20.000. Selain itu, dapat diketahui pula apakah
dengan produksi sekarang, biaya tersebut kompetitif dibandingkan produk sejenis
yang dihasilkan pesaing.
Biaya Sesungguhnya dan Biaya Normal
Pendekatan
biaya sesungguhnya adalah perhitungan biaya produk atau jasa menggunakan biaya
yang sebenernya terjadi untuk bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya sesungguhnya
dalam kaitan produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk, mulai tahap praproduksi sampai produk selesai diproduksi. Hasilnya akan
diperoleh biaya produk yang benar-benar akurat. Perhitungan biaya berdasarkan
biaya sesungguhnya memiliki kelemahan, yaitu biaya baru dapat diketahui jika
semua tahap produksi selesai dilakukan. Hal tersebut berdampak pada masalah
ketepatan waktu, karena proses produksi sebagian besar industri bisa dikatakan
tidak pernah selesai dan bersifat teru-menerus (continous).
Periodisasi
dalam perhitungan biaya produksi merupakan salah satu alternatif yang
disarankan untuk mengatasi kelemahan tersebut. Misalnya, perhitungan dilakukan
dalam periode mingguan atau bulanan. Namun, periodisasi sendiri sesungguhnya
menimbulkan permasalahan dalam variabilitas produksi dan sifat biaya overhead. Misalnya, volume produksi
bulan januari lebih sedikit dibandingkan volume produksi bulan Februari
sedangkan konsumsi biaya overhead
sama. Penerapan biaya sesungguhnya sulit untuk digunakan dalam aplikasi riil
karena bisa saja produksi bulan Februari ditentukan lebih rendah atau bisa juga
jika volume produksi bulan Maret kembali turun sedangkan biaya overhead tetap.
Biaya Normal
Pendekatan
biaya normal adalah penentuan biaya produk atau jasa menggunakan biaya
sesungguhnya dari bahan baku dan tenaga kerja, sedangkan biaya overhead menggunakan pembebanan yang
didasarkan pada biaya overhead yang
digunakan dalam satu periode. Pembebanan biaya overhead dilakukan dengan menentukan tarif pembebanan terlebih
dahulu, baru kemudian ditentukan biaya overhead
yang dibebankan dalam satu periode dengan cara mengalikan tarif dengan
aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan informasi biaya. Penentuan tarif
dilakukan dengan cara berikut ini.
Tarif
Overhead = Anggaran biaya overhead
Anggaran
penggunaan aktivitas
Jika
perusahaan kecap cap Mangga tahun 2013 menganggarkan untuk melakukan aktivitas
produk sebesar 15.000 botol kecap dengan anggaran biaya overhead sebesar Rp60.000.000. aktivittas yang dipilih sebagai
dasar pembebanan biaya overhead
adalah unit produksi. Berdasarkan data tersebut, tarif biaya overhead di
perusahaan kecap cap Mangga adalah sebagai berikutt.
Tarif
Overhead = Rp60.000.000
15.000
Tarif
Overhead = Rp4.000/botol
Jika
pada Januari 2013, perusahaan memproduksi 2.000 botol kecap, maka biaya overhead yang dibebankan sebesar
Rp8.000.000 (Rp4.000 x 2.000).
Biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung pada biaya normal dapat menggunakan biaya sesungguhnya karena
pada umumnya perusahaan melakukan pembelian bahan dengan menggunakan kontrak
pembelian. Berdasarkan hal tersebut, harga bahan perusahaan akan dapat
ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut tidak berbeda dan biaya tenaga kerja.
Umumnya, dalam kontrak tenaga kerja sudah dicantumkan besar upah dan cara pengupahannya. Pada
kenyataannya, biaya overhead sulit
dilakukan karena banyak komponen biaya overhead
yang sifatnya periodik dan besarnya berfluktuasi.
Kesulitan dalam aplikasi biaya
normal adalah adanya kecenderungan bahwa dengan tarif yang ditentukan di muka,
hasil biaya overhead yang dibebankan
berbeda dengan biaya overhead yang
sesungguhnya terjadi. Walaupun dalam perhitungan sering kali perbedaan tersebut
tidak signifikan, tetapi akurasi dalam penentuan tarif adalah penting.
Penggunaan tarif memunculkan masalah pada saat dilakukan pembebanan biaya overhead ke dalam produk, terutama saat
biaya overhead dipergunakan untuk
berbagai produk yang berbeda dengan konsumsi aktivitas yang berbeda pula.
2 Metode
Penentuan Biaya Produk
Terdapat dua kelompok
pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung biaya produk, yaitu pendekatan
berbasis unit (konvensional) dan pendekatan berbasis aktivitas (activity based costing-ABC). Pada
pendekatan konvensional terdapat dua metode yang lazim dipergunakan, yaitu
metode tarif tunggal (plantwide rate)
dan metode tarif departemental (departemental
rate).
Metode-metode tersebut
muncul dan berkembang mengikuti perkembangan proses produksi, khususnya
produksi barang. Metode-metode tersebut
juga dapat digunakan dalam lingkungan perubahan jasa. Metode yang pertama
muncul adalah metode tarif tunggal yang berlatar belakang industri manufaktur.
Produk yang dihasilkan bersifat seragam dan hanya menggunakan sedikit variasi
proses dalam produksinya, serta hanya terdapat satu aktivitas produksi utama
dan komponen biaya overhead masih
relatif sedikit. Tahap kedua berkembang proses produksi dengan pendekatan
departementalisasi yang dalam proses produksinya mulai ada variasi proses dalam
proses, dan terdapat beberapa aktivitas dominan karena produk yang dihasilkan
juga mulai bervariasi walaupun tidak banyak, sehingga konsumsi biaya overhead mulai signifikan dan beragam.
Pada
tahap ketiga, keinginan konsumen saat ini semakin beragam dan menyukai produk
bersifat yang berdampak pada tingginya variasi produk. Akibatnya, proses
produksi semakin rumit dan membutuhkan banyak variasi konsumsi aktivitas dan
sumber daya. Di sisi lain, teknologi manufaktur berkembang pesat dan mulai
menggantikan peran manusia sebagai tenaga kerja langsung sehingga terjadi
pemangkasan komponen biaya tenaga kerja langsung, dan beralih kepada komponen
biaya tetap investasi yang dalam perhitungan biaya produksi masuk dalam biaya overhead. Fenomena ini menyebabkan biaya
overhead menjadi komponen biaya
produksi yang sangat signifikan, bahkan dalam industri teknologi tinggi menjadi
lebih besar dari biaya utama (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung). Karakteristik proses produksi konvensional tidak memadai lagi.
Akhirnya, berkembanglah metode biaya berbasis aktivitas yang dikenal dengan activity based costing (ABC).
Berdasarkan
penentuan biaya produk konvensional, maka hanya biaya manufaktur saja yang
dibebankan ke dalam produk. Pembebanan biaya produk ini menemui masalah pada
saat akan membebankan biaya overhead
karena komponen biaya overhead tidak
secara langsung berhubungan dengan produk. Oleh karena itu, pembebanan biaya overhead hanya berbasis pada penelurusan pemicu (driver tracing) dan alokasi. Sistem
penentuan biaya konvensional hanya menggunakan pemicu pada aktivitas level unit (unit level activiy driver) untuk membebankan biaya ke produk. Cara
ini digunakan pada dua metode perhitungan biaya produk konvensional, yaitu
tarif tunggal dan tarif departemental.
a.
Tarif
Tunggal
Berdasarkan
pendekaan tarif tunggal, biaya overhead diasumsikan hanya dipicu oleh satu pemicu
pada semua fasilitas produksi (pabrik) dan produk. Terdapat dua tahapan dalam
perhitungan biaya overhead produk.
1.
Penentuan
tarif pembebanan overhead
Anggaran
overhead diakumulasi menjadi satu
untuk seluruh pabrik dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Biaya yang diakumulasi
secara sederhana dengan cara langsung menambahkan semua biaya yang diharapkan
akan terjadi selama satu periode dalam satu fasilitas pabrik.
b.
Setelah biaya
diakumulasi, dihitung tarif pembebanannya berdasarkan satu pemicu (driver) level unit.
Perhitungan tarif pembebanan overhead dapat dilakukan dengan formula
sebagai berikut.
Tarif Overhead = Anggaran biaya overhead
Anggaran penggunaan aktivitas
2.
Pembebanan
biaya overhead
Biaya
overhead dibebankan ke dalam menggunakan dasar tarif yang telah ditentukan.
Pembebanan biaya overhead ke dalam
produk dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut.
Overhead
dibebankan total = Tarif overhead x
Aktivitas sesungguhnya
Setelah
biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk diketahui, langkah terakhir
perhitungan biaya produk adalah menjumlahkannya dengan biaya bahan baku
sesungguhnya yang digunakan ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung
sesungguhnya.
Peraga 1.1
Tahapan
dalam pembebanan Biaya Overhead
dengan Tarif Tunggal
Tahap 2
|
Pemicu Level Unit
|
Tahap 1
|
Penelusuran Langsung
|
Pembebanan biaya
|
Pembebanan biaya
|
Contoh
Perusahaan Petrogas menghasilkan produk
Nozle Premium dan Nozle Solar. Perusahaan tersebut memiliki data anggaran dan
sesungguhnya untuk tahun 2012 sebagai berikut.
Anggaran
biaya overhead Rp720.000.000
Aktivitas
yang diharapkan (jam kerja langsung) Rp200.000
Aktivitas
yang sesungguhnya (jam kerja langsung) Rp200.000
Biaya
overhead sesungguhnya Rp760.000.000
Perusahaan menentukan dasar perhitungan
tarif perhitungan tarif overhead adalah
jam kerja langsung, sehingga tarif overhead
untuk tahun 2012 sebagai berikut.
Tarif Overhead = Anggaran biaya overhead
Anggaran
penggunaan aktivitas
Tarif Overhead = Rp720.000
200.000
= Rp3.600 per jam kerja langsung
Pembebanan
overhead dihitung dengan cara berikut
ini.
Overhead dibebankan
total = Tarif overhead
x Aktvitas sesugguhnya
= Rp3.600 x 200.000 jam kerja langsung
= Rp720.000.000
Biaya
produk per unit diketahui seperti pada peraga 1.2
Perhitungan
biaya per unit produk dapat dilihat pada peraga 1.3
Peraga 1.2
Data
Produksi Petrogas
Keterangan
|
Premium
|
Solar
|
Biaya
Utama
|
Rp156.000.000
|
Rp1.476.000.000
|
Unit
Produksi
|
20.000
|
200.000
|
Jam
Kerja Langsung
|
20.000
|
180.000
|
Peraga 1.3
Perhitungan
Biaya Per Unit Produk dengan Metode Tarif Tunggal
Perhitungan Biaya Tarif Tunggal
|
||
Keterangan
|
Premium
|
Solar
|
Biaya
Utama
|
Rp156.000.000
|
Rp1.476.000.000
|
Biaya
overhead dibebankan
|
||
Rp3.600
x 20.000
|
72.000.000
|
-
|
Rp3.600
x 180.000
|
-
|
648.000.000
|
Biaya
Manufaktur total
|
Rp228.000.000
|
Rp2.124.000.000
|
Dibagi:
Unit diproduksi
|
20.000
|
200.000
|
Biaya
per unit
|
Rp11.400
|
Rp10.620
|
b.
Tarif Departemental
Pembebanan biaya
overhead dilakukan pada setiap departemen dalam pabrik.Pembebanan dilakukan
dengan asumsi bahwa setiap departemen memiliki pemicu biaya overhead yang
berbeda dengan departemen lainnya. Tahapan perhitungan biaya produk dengan
tariff departemental adalah sebagai berikut :
1.
Biaya overhead pabrik
di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam kelompok departemen produksi
sehingga didapatkan kelompok biaya departemen. Lalu, diitung tarif
pembebanannya menggunakan rumus berikut :
Tarif
overhead =
2.
Biaya overhead
dibebankan ke produk dengan cara
mengalikam antara tarif biaya overhead departemen dan jumlah pemicu yang
dipergunakan oleh produk departemen tersebut.
Contoh : Data yang digunakan adalah data
kasus di Petrogas. Apabila dalam proses produksinya Petrogas menggunakan dua
departemen yaitu pembentukan dan perakitan. Di departemen pembentukan komponen
dicetak sedangkan di department perakitan membuat produk jadinya, data
berikutnya disajikan dalam peraga 6.5
Pemebebanan Biaya
|
Produk
|
Biaya Overhead
|
Kelompok Departemen 1
|
Kelompok Departemen 2
|
Alokasi
Penelusuran Langsung
|
Penelusuran Pemicu
|
Pembebanan Biaya
|
Tahap 1 : Penenetuan
Kelompok
|
Produk
|
Pemebebanan Biaya
|
Pemicu Level Unit
|
Tahap 2 :
Pembebana Biaya
|
Data Biaya Overhead dan
penggunaan aktivitas perusahaan Petrogas.
Keterangan
|
Pembentukan
|
Perakitan
|
Anggaran overhead
|
Rp. 504.000.000
|
Rp. 216.000
|
Aktivitas yang diharapkan dan sesungguhnya
|
||
Jam kerja langsung :
Premium
Solar
|
14.000
26.000
40.000
|
6.000
154.000
160.000
|
Jam mesin :
Premium
Solar
|
8.000
72.000
80.000
|
2.000
18.000
20.000
|
Di departemen pembentukan,
tarif overhead dihitung berdasarkan jam mesin sementara departemen perakitan
berdasarkan jam tenaga kerja langsung, maka tariff pembebanan overhead dihitung
sebagai berikut :
Tarif overhead pembentukan=
=
= Rp
6.300 per jam mesin
Tarif
overhead perakitan =
=
= Rp
1.350 per jam kerja langsung
Kelebihan Sistem Biaya Berbasis Unit
Ada
kemudahan dalam aplikasi.Data yang dibutuhkan relative sederharna sehingga
tidak memerlukan sistem informasi yang canggih dan mahal untuk mendapatkannya.
Walaupun sederhana, sistem ini masih memadai untuk digunakan pada bisnis yang
menghasilkan produk atau jasa yang seragam (satu jenis) atau tidak terdapat
banyak variasi proses produksi.
Perhitungan
Biaya per Unit produk dengn metode tarif departemental
Perhitungan Biaya Tarif Departemen
|
||
Keterangan
|
Premium
|
Solar
|
Biaya Utama
|
Rp 156.000.000
|
Rp 1.476.000.000
|
Biaya overhead dibebankan
|
||
Rp 6.300 x 8.000
|
50.400.000
|
-
|
Rp 6.300 x 72.000
|
-
|
453.600.000
|
Departemen perakitan
|
||
Rp 1.350 x 6.000
|
8.100.000
|
-
|
Rp 1.350 x 154.000
|
-
|
207.900.000
|
Biaya manufaktur total
|
Rp 214.500.000
|
Rp 2.138.100.000
|
Dibagi : Unit diproduksi
|
20.000
|
200.000
|
Biaya per unit
|
Rp 10.725
|
Rp 10.690.50
|
Kelemahan Sistem Biaya Berbasis Unit
Sistem
ini sering mengakibatkan distorsi dalam penentuan biaya produksi.Akibatnya,
dalam kondisi persaingan yang ketat, perusahaan menjadi sering salah dalam
pembuatan keputusan yang berbasis pada informasi biaya produksi sehingga
perusahaan kalah dalam bersaingan.Permasalahn ini sering kali tidak didasari
oleh manajemen. Akibatnya manajemen menyalahkan penyebab lain untuk
kekalahannya dalam persaingan ini. Terkait dengan hal tersebut, manajemen
sering mengambil kesimpulan bahwa ada inefisiensi dalam produksi salah satu
produk yang kurang laku karena harga jual pesaing yang lebih rendah atau
pemasaran yang tidak tepat. Kesalahan dalam pengambilan kesimpulan ini,
sebagian bsar disebabkan oleh sistem
biaya mereka yang telah ketinggalan zaman. Berikut ini beberapa indicator yang
menunjukkan bahwa sistem biaya berbasis unit telah ketinggalan zaman :
1.
Hasil penawaran sulit
dijelaskan. Produk yang ditawarkan dengan harga tinggi justru terlihat sangat
laku, tetapi sebaiknya produk yang ditawarkan dengan harga rendah justru tidak
laku.
2.
Harga produk pesaing
terlihat sangat murh dan tidak masuk akal padahal proses produksi perusahaan
sudah dilakukan seefisien mungkin.
3.
Produk yang laku sulit
menghasilkan laba yang tinggi.
4.
Manajer operasional
ingin menghentikan produk yang terlihat menguntungkan karena produk mengonsumsi
beragam aktivitas yang sulit dijelaskan kaitannya dengan biaya produk.
5.
Tingkat laba sulit
untuk dijelaskan. Walaupun beberapa produk mengalami kenaikan penjualan tetapi
tidak diikuti dengan kenaikan laba.
6.
Perusahaan memiliki
ceruk pasar yang menghasilkan laba tinggi yang hanya dikuasai sendiri. Pesaing
tidak tertarik masuk ke ceruk tersebut karena harga yang mereka tawakan
cenderung lebih tinggi.
7.
Konsumen tidak protes
saat terjadi kenaikan harga produk tertentu karena harga masih dibawah harga
produk lain yang sejenis.
8.
Departemen akuntansi
menghabiskan banyak waktu untuk menyediakan data biaya pada proyek khusus.
Proyek-proyek khusus menggunakan aktivitas dan pemicu biaya yang berbeda dengan
produk yang sudah ada sehingga harus disiapkan laporan tersendiri.
9.
Beberapa departemen
menggunakan sistem biaya sendiri karena merasa sistem biaya yang ada tidak
akurat.
10.
Biaya produk berubah
saat ada perubahan aturan pelaporan keuangan.
Ketidakakuratan
sistem biaya konvesional disebabkan karena asumsi biaya hanya berdasarkan
aktivitas yang biayanya dipicu oleh factor lain.Penggunaan asumsi tersebut
mengakibatkan biaya overhead tidak dialokasikan secara akurat. Biaya overhead
dibebankan terlalu besar pada produk tertentu (produk yang tidak terlalu banyak
membutuhkan aktivitas dalam proses produksi). Sementara, produk yang lain
(produk yang membutuhkan banyak aktivitas dalam proses produksi), prmbebanan
biaya overhead terlalu rendah. Dampaknya, pada produk yang proses produksinya
rumit, biaya produksinya menjadi terlalu rendah sehingga harga jualnya terlalu
tinggi. Sebaliknya, pada produk yang proses produksinya relative relatif mudah,
biaya produksinya terlalu tinggi sehingga harga jualnya juga tinggi.
Penentuan Biaya Produk
Kontemporer
ABC (activity based costing) adalah
suatu pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam
objek biaya, seperti produksi, jasa, atau konsumen berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya.Premis pendekatan ini adalah produk atau jasa
perusahaan merupakan hasil dari aktivitas, dan aktivitas merupakan penggunaan
sumber daya yang menghasilkan biaya.Berdasarkan premis tersebut terdapat
terdapat dua keyakinan dasar dalam ABC.
1.
Biaya merupakan akibat
dari pelaksanaan aktivitas dan aktivitas merupakan muncul biaya. Oleh karena
itu, perlu pemahaman yang mendalam mengenai aktivitas dan hal yang menyebabkan
aktivitas tersebut perlu dilakukan.
2.
Penyebab biaya (yaitu
aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi
penyebab timbulnya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya
biaya. Untuk melakukan yang baik, perlu informasi yang andal mengenai biaya dan
penyebabnya (aktivitas).
Salah
satu cara penyediaan informasi mengenai biaya dan aktivitas adalah menggunakan
metode ABC dalam perhitungan biaya produk. Dengan menggunakan ABC biaya yang
dibebankan ke produk secara langsung dapat dilihat hubungannya dengan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan produk tersebut. Bahkan
dengan mengamati trend biaya dan aktivitas yang terjadi selama beberapa
periode, manajemen akan dapat melihat apakah sutau aktivitas memiliki nilai tambah atau tidak bagi konsumen.
ABC membebankan biaya
overhead pabrik ke objek (produk atau jasa) dengan bebeapa langkah.Pertama,
mengidentifikasi sumber daya dan aktivitas, dengan menggunakan dasar pemicu
konsumsi biaya sumber daya dapat dihitung tariff biaya per unit/pusat
daya.Selanjutnya, biaya dibebankan ke dalam produk atau jasa dnegan mengalihkan
taraif biaya per unit setiap aktivitas dengan jumlah aktivitas sesungguhnya
yang digunakan oleh setiap objek biaya.
Proses
Pembebanan Dua Tahap
Proses
ini membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke dalam
kelompok biaya aktivitas. Kemudian, pembebanan dilakukan ke objek biaya yang
bertujuan untuk menentukan biaya sumber daya setiap objek lainnya.Langkah
pertama dalam prosedur ini adalah membebankan biaya overhead biaya overhead ke
dalam aktivitas atau pusat biaya aktivitas menggunakan dasr pemicu konsumsi
biaya sumber daya yang tepat.Tahap kedua, Membebankan biaya aktivitas ke dalam
objek biaya menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya aktivitas yang sesuai dalam
mebgukur permintaan objek biaya pada aktivitas.
Biaya
Sumber Daya
|
Aktivitas
|
Produk
|
Pembebanan Biaya
|
Pembebanan Biaya
|
Penentuan
Pemicu Biaya
|
Pemicu
Sumber Daya
|
Pemicu
Aktivitas
|
Penentuan
Pemicu Aktivitas
|
Tahap
1: Kelompok Aktivitas
|
Tahap
2: Pembebanan Biaya
|
3 Merancang Sistem ABC
Para ahli setuju dengan
beberapa karakteristik pokok berikut demi kesuksesan penerapan ABC. Pertama
inisiatif untuk menerapkan ABC harus didukung oleh manajemen puncak. Kedua,
rancangan dan penerapan sistem ABC harus menjadi tanggung jawab tim lintas
fungsional dan bukan hanya menjadi tanggung jawab bagian akuntansi. Tim
tersebut terdiri atas semua bagian yang akan menggunakan data dari sistem ABC.
Biasanya tim ini terdiri atas pemasaran, produksi, teknik, dan manajemen puncak
serta didukung oleh staf akuntansi yang terlatih dengan baik. Kadang-kadang
dibutuhkan konsultan dari luar yang ahli di bidang ABC dan berfungsi sebagai
penasihat tim.
Alasan adanya dukungan
yang kuat dari manajemen puncak dan tim lintas fungsional didasarkan pada fakta
bahwa sangat sulit melakukan perubahan organisasi kecuali jika ada dukungan
dari orang-orang yang berpengaruh. ABC mengubah “aturan main” karena ABC
mengubah beberapa ukuran kunci yang akan digunakan dalam pembuatan keputusan
dan mengevaluasi kinerja personel dalam perusahaan. Jika tidak ada dukungan
dari manajemen puncak, keengganan untuk berubah akan timbul. Sebagai tambahan,
rancangan ABC yang baik menuntuk pemahaman operasi perusahaan secara
keseluruhan. Pengetahuan ini hanya akan datang dari staf yang terbiasa dengan
sistem operasi tersebut.
Manajer puncak harus
mendukung inisiatif tersebut karena dua alasan. Pertama, tanpa adanya
kepemimpinan dari manajemen puncak, beberapa manajer tidak melihat alasan untuk
berubah. Kedua, jika manajer puncak tidak mendukung sistem ABC dan meneruskan
sistem lama, maka bawahannya akan menganggap sistem ABC tidak penting dan
mereka akan mengabaikannya. Dari waktu k waktu, ketika kauntan berusaha
menerapkan sistem ABC tanpa dukungan dari manajer puncak dan kerja sama yang
aktif dari manajer lainnya, halnya sia-sia.
Kebanyakan penerapan
sistem ABC, sistem ABC yang baru berperan sebagai pelengkap bukan sebagai
pengganti sistem akuntansi biaya. Sistem akuntansi biaya yang lama tetap
digunakan untuk laporan keuangan eksternal. Sistem ABC akan digunakan sebagai
laporan khusus untuk pembuatan keputusan seperti penawaran bisnis yang baru.
Manajer akuntansi
membuat grafik untuk menjelaskan struktur model umum ABC. Objek biaya seperti
produk menyebabkan aktivitas. Sebagai contoh, pesanan pelanggan berupa cangkir
kuningan akan menghasilkan pesanan produksi yang berarti aktivitas. Lebih jauh
diasumsikan bahwa aktivitas mengonsumsi sumber daya. Sebagai contoh, pesanan
produksi menggunakan selembar kertas dan memerlukan waktu untuk mengisinya.
Diasumsikan juga bahwa konsumsi sumber daya menyebabkan biaya. Semakin banyak
lembar kertas yang digunakan untuk membuat pesanan produksi, semakin banyak
waktu yang dikorbankan untuk mengerjakannya dan juga semakin besar biayanya. ABC
berusaha menelusuri hubungan tersebut untuk mengidentifikasi bagaimana produk
dan pelanggan mempengaruhi biaya.
Tahapan
untuk menerapkan ABC:
1. Mengidentifikasi biaya
sumber daya dan aktivitas
Langkah utama yang
pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah mengidentifikasikan aktivitas yang
akan menjadi dasar sistem tersebut. Langkah ini mungkin sulit, memakan waktu,
dan membutuhkan pertimbangan. Prosedur umum untuk melakukannya adalah melakukan
wawancara terhadap semua orang yang terlibat atau setidaknya semua supervisor
dan manajer dalam departemen yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk
menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan. Biasaya, akan diperoleh
catatan aktivitas yang sangat panjang.
Panjangnya catatan
tersebut juga menimbulkan masalah. Di satu sisi, semakin banyak jumlah
aktivitas yang dimasukkan ke dalam sistem ABC, semakin akurat perlakuan
terhadap biaya. Sebaliknya, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk
merancang, menerapkan, memelihara, dan menggunakan sistem yang kompleks yang
melibatkan sejumlah besar aktivitas. Konsekuensinya, catatan aktivitas yang
panjang tersebut dikurangi dengan menggabungkan aktivitas-aktivitas yang
sejenis. Sebagai contoh, beberapa aktivitas dalam penanganan dan pemindahan
bahan baku – mulai dari menerima bahan baku dari area bongkar muat dan
menyortirnya untuk dimasukkan ke gudang. Seluruh aktivitas ini dapat
digabungkan menjadi satu aktivitas yang disebut penanganan manajerial.
Cara untuk memahami
aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan disusun dalam lima
tingkat: tingkat unit (unit-level), tingkat batch (batch-level), tingkat produk
(product-level), tingkat pelanggan (customer-level), dan pemeliharaan
organisasi (organization-sustaining). Tingkat-tingkat tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
1.
Aktivitas Tingkat Unit
Aktivitas tingkat unit
(unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit
produk diproduksi. Besar-kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit
produk yang diproduksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam mesin, dan jam
listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk dihasilkan. Bahan baku
dan tenaga kerja langsung juga dikelompokkan sebagai aktivitas berlevel unit,
namun tidak termasuk ke dalam BOP. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel
unit dinamakan biaya aktivitas berlevel unit.Biaya aktivitas berlevel unit
(level-unit activities cost)adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
jumlah unit produk yang diproduksi. Contoh biaya overhead untuk aktivitas ini
adalah biaya listrik dan biaya operasi mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung juga termasuk ke dalam biaya aktivitas berlevel unit, namun
tidak termasuk ke dalam overhead.
2. Aktivitas
Tingkat Batch
Aktivitas tingkat batch
(batch-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu
batch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah
batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini
adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan
(gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul
karena aktivitas berlevel batch dinamakan biaya aktivitas berlevel batch. Biaya
aktivitas berlevel batch (batch-level activities cost) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Biaya ini
bervariasi dengan jumlah batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap
jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch.
Contoh biaya aktivitas ini adalah biaya aktivitas setup, biaya penjadwalan
produksi, biaya pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian), dan
biaya inspeksi.
3.
Aktivitas Tingkat
Produk
Aktivitas tingkat
produk (product-level activities) atau aktivitas penopang produk (product
sustaining activities) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung
berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi
masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan
dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun
sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh
jumlah produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk
dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan
proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan dan peningkatan produk.
Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel produk dinamakan biaya aktivitas
berlevel produk. Biaya aktivitas berlevel produk (product-level activities)
atau biaya aktivitas penopang produk (product-sustaining activities cost)
adalah biaya atas akivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi oleh perusahaan. Biaya ini
ditimbulkan karena aktivitas tersebut mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan
produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Biaya ini dapat dilacak
pada produk secara individual, namun biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah
produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh biaya yang termasuk dalam
kelompok ini adalah penelitian dan pengembangan produk, biaya perekayasaan
proses, biaya spesifikasi produk, biaya perekayasaan, dan biaya peningkatan
produk.
4. Aktivitas
Tingkat Pelanggan
Aktivitas tingkat
pelanggan (customer-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan berkenaan
dengan pelanggan. Contohnya aktivitas seperti telepon untuk penjualan,
pengiriman katalog, dukungan teknis yang tidak terpaku pada produk tertentu.
5.
Aktivitas Tingkat
Fasilitas
Aktivitas tingkat fasilitas
(facility-level activities) atau aktivitas penopang fasilitas
(facility-sustaining activities ) adalah meliputi aktivitas untuk menopang
proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas
atau kapasitas pabrik untuk mem produksi produk namun banyak sendikitnya
aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang
diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis
produk yang berbeda. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya: manajemen pabrik,
pemliharaan bangunan , keamanan, pertamanan (landscaping), penerangan pabrik,
kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas
manajemen pabrik bersifat administratif misalnya aktivitas pengelolaan pabrik,
karyawan, dan akuntansi untuk pabrik. Biaya aktivitas berlevel fasilitas
(facility-level activities cost) atau biaya aktivitas penopang fasilitas
(product-sustaining facilities cost) adalah meliputi biaya atas aktivitas untuk
menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan
fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun banyak
sendikitnya biaya ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang
diproduksi. Biaya atas aktivitas ini merupakan biaya bersama bagi berbagai
jenis produk yang berbeda. Contoh biaya aktivitas ini mecakup misalnya: biaya
manajemen pabrik, biaya pemliharan bangunan, biaya keamanan, biaya pertamanan
(landscaping), biaya penerangan pabrik, kebersihan, biaya pajak bumi dan
bangunan (PBB), serta biaya depresiasi pabrik.
Pada saat menggabungkan
aktivitas dalam sistem ABC, aktivitas tersebut harus dikelompokkan dalam
tingkat yang sesuai. Aktivitas tingkat batch jangan dikombinasikan dengan
aktivitas tingkat unit atau aktivitas tingkat produk dengan aktivitas tingkat
batch dan sebagainya. Secara umum, cara terbaik untuk menggabungkannya adalah
dengan menggabungkan aktivitas-aktivitas yang memiliki korelasi tinggi dalam
satu tingkat. Sebagai contoh, jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan
memiliki korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan
pelanggan sehingga kedua aktivitas tingkat batch ini dapat digabungkan tanpa
harus kehilangan keakuratan.
Di perusahaan Classic
Brass, tim ABC dalam konsultasinya dengan manajer puncak, memilih pul biaya
aktivitas dan ukuran aktivitas berikut:
Pul Biaya Aktivitas di Classic Brass
|
|
Pul Biaya Aktivitas
|
Ukuran Aktivitas
|
Pesanan Pelanggan
|
Jumlah pesanan pelanggan
|
Desain Produk
|
Jumlah desain prodek
|
Jumlah Pesanan
|
Jam mesin
|
Hubungan Pelanggan
|
Jumlah pelanggan aktif
|
Lainnya
|
Tidak dipakai
|
Pul biaya aktivitas
adalah sebuah “wadah” yang mengakumulasikan semua biaya yang berkaitan dengan
aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Sebagai contoh, pul biaya Pesanan Pelanggan
akan dibebani semua biaya sumber daya yang dikonsumsi untuk memproses pesanan
tersebut termasuk kertas yang digunakan dan pengaturan peralatan yang
digunakan. Ukuran aktivitas dalam pul biaya ini adalah jumlah pesanan yang
diterima. Aktivitas ini adalah aktivitas tingkat batch karean setiap pesanan
menyebabkan pekerjaan tanpa memerhatikan apakah pesanan tersebut untuk satu
unit atau 1000 unit. Jumlah pesanan pelanggan yang diterima adalah contoh
ukuran aktivitas. Ukuran aktivitas adalah basis alokasi dalam sistem ABC.
Istilah penggerak atau pemicu biaya (cost driver) juga digunakan untuk menjelaskan
ukuran aktivitas.
Ukuran aktivitas
seharusnya “menggerakkan” biaya yang dialokasikan. Ukuran aktivitas biasanya
adalah perkiraan kasar dari penggunaan sumber daya. Mungkin tipe ukuran
aktivitas yang paling tidak akurat adalah yang dikenal sebagai penggerak
transaksi (transaction driver). Penggerak transaksi adalah hitungan sederhana
tentang berapa kali suatu aktivitas terjadi seperti jumlah tagihan yang dikirim
kepada pelanggan. Ukuran aktivitas ini memuaskan ketika semua tagihan
membutuhkan waktu yang sama dalam pembuatannya. Tetapi jika beberapa tagihan
cukup sederhana untuk dibuat dan yang lainnya sangat kompleks, ukuran aktivitas
yang lebih akurat yang dikenal sebagai penggerak durasi (duration driver) dapat
digunakan. Penggerak durasi adalah ukuran waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu aktivitas seperti waktu yang digunakan untuk menyiapkan tagihan. Secara
umum, penggerak durasi adalah ukuran yang lebih akurat untuk penggunaan sumber
daya dibanding penggerak transaksi, tetapi lebih memerlukan usaha untuk
mencatatnya. Karena alasan tersebut, penggerak transaksi lebih sering
digunakan.
Pul biaya Desain Produk
akan dibebani semua biaya dari sumber daya yang dikonsumsi dalam rangka
mendesain produk. Ukuran aktivitas untuk pul biaya adalah jumlah desain. Ini
adalah aktivitas tingkat produk, karena jumlah pekerjaan desain produk baru
tidak tergantung pada jumlah unit yang dipesan atau batch yang dijalankan.
Pul biaya Jumlah
Pesanan akan dibebani seluruh biaya konsumsi sumber daya sebagai konsekuensi
jumlah unit yang diproduksi, termasuk biaya lain-lain perlengkapan pabrik,
tenaga untuk menjalankan mesin, dan penyusutan peralatan. Aktivitas ini adalah
aktivitas tingkat unit karena setiap unit membutuhkan sumber daya ini. Ukuran
aktivitas untuk pul biaya ini adalah jam mesin.
Pul biaya Hubungan
Pelanggan akan dibebani biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan hubungan
dengan pelanggan, termasuk telepon untuk kontak dengan pelanggan dan menjamu
pelanggan. Ukuran aktivitas untuk pul biaya ini adalah jumlah pelanggan
perusahaan yang masuk dalam daftar pelanggan yang aktif. Pul biaya Hubungan
Pelanggan merupakan aktivitas tingkat pelanggan
Pul biaya lainnya akan dibebani semua biaya overhead yang
tidak berkaitan dengan pesanan pelanggan, desain produk, jumlah pesanan, atau
hubungan pelanggan. Biaya-biaya ini terutama berkaitan dengan biaya menjalankan
organisasi dan biaya kapasitas yang tidak digunakan atau menganggur.
Biaya-biaya ini tidak akan dibebankan ke produk karena biaya ini tidak
menunjukkan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk.
2. Membebankan
biaya overhead ke pul biaya aktivitas
Sebagian besar biaya overhead diklasifikasikan dalam
sistem akuntansi dasar perusahaan berdasarkan departemen dimana biaya tersebut
terjadi. Sebagai contoh, gaji, perlengkapan, sewa, dan sebagainya yang terjadi
di departemen pemasaran akan dibebankan pada departemen tersebut. Dalam
beberapa kasus beberapa atau semua biaya overhead dapat ditelusuri secara
langsung ke salah satu pul biaya aktivitas dalam sistem ABC. Langkah ini
merupakan tahap ketiga penerapan ABC. Sebagai contoh, jika sistem ABC memiliki
aktivitas yang disebut pemrosesan pesanan pembelian (purschase order
processing), seluruh biaya di departemen pembelian dapat ditelusuri ke aktivitas
tersebut. Apanila memungkinkan, biaya tersebut ditelusuri langsung ke pul biaya
aktivitas. Meskipun demikian, sangat umum overhead terkait dengan beberapa
aktivitas yang ada dalam sistem ABC. Dalam situasi seperti ini, biaya
departemen tersebut dibagi dengan beberapa pul biaya aktivitas menggunakan
proses alokasi yang disebut alokasi tahap pertama (first-stage allocation).
Alokasi tahap pertama dalam sistem ABC adalah proses pembebanan biaya overhead
ke pul biaya aktivitas.
Sebagai
contoh Di Classic Brass, objek biayanya adalah produk, pesanan pelanggan, dan
pelanggan. Biaya overhead pabrik perusahaan, penjualan, umum, dan administrasi
disajikan dalam Tampilan Biaya Overhead (Produksi dan Nonproduksi di Classic
Brass). Dalam sistem ABC pada Classic Brass, seluruh biaya ini ditentukan
sebagai “overhead” dan akan dibebankan ke objek biaya.
Salah
satu biaya overhead – pengiriman – dapat ditelusuti langsung ke pesanan
pelanggan. Classic Brass menagihkan secara langsung ke setiap pesanan pelanggan
yang dikirimkan, sehingga sangat mudah untuk menelusuri biaya ini ke pesanan
pelanggan. Pelanggan tidak membayar biaya pengiriman aktual; mereka membayar
biaya pengiriman standar yang dapat sangat berbeda dengan tagihan biaya kiriman
yang diterima oleh Classic Brass dari perusahaan angkutan.
Tidak
ada biaya overhead lainnya yang dapat ditelusuri secara langsung ke produk, ke
pesanan pelanggan, atau ke pelanggan. Akibatnya, sisa biaya overhead ditelusuri
ke objek biaya dengan menggunakan sistem ABC.
Biaya Overhead (Produksi dan Nonproduksi
di Classic Brass)
Departemen Produksi:
|
||||
Upah pabrik tidak langsung
|
$ 500.000
|
|||
Penyusutan peralatan pabrik
|
300.000
|
|||
Utilitas pabrik
|
120.000
|
|||
Sewa bangunan pabrik
|
80.000
|
|||
$ 1.000.000
|
||||
Departemen Administrasi dan Umum:
|
||||
Gaji dan upah administrasi
|
400.000
|
|||
Penyusutan peralatan kantor
|
50.000
|
|||
Sewa gedung administrasi
|
60.000
|
|||
510.000
|
||||
Departemen Pemasaran:
|
||||
Gaji dan upah pemasaran
|
250.000
|
|||
Biaya penjualan
|
50.000
|
|||
300.000
|
||||
Total biaya overhead
|
$ 1.810.000
|
|||
Dalam kasus Classis
Brass, biaya pengiriman dapat ditelusuri secara langsung pada pesanan
pelanggan. Karena itu, alokasi tahap pertama ditunjukkan dalam sembilan tipe
lainnya dari biaya overhead. Alokasi tahap pertama secara umum berdasarkan
hasil tanya jawab dengan pegawai yang terkait langsung dengan aktivitas.
Sebagai contoh, bagaimana mengalikasikan $500.000 upah pabrik tidak langsung di
Classis Brass ke dalam berbagai pul biaya aktivitas dalam sistem ABC. Inti ABC
adalah untuk menentukan sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya. Karena
pekerja pabrik tidak langsung adalah sumber daya, dibutuhkan cara untuk
memperkirakan jumlah waktu pekerja pabrik tidak langsung yang dikonsumsi oleh
setiap aktivitas dalam sistem ABC. Sering kali, cara terbaik untuk mendapatkan
informasi ini adalah menanyakan pada para pekerja tidak langsung tersebut.
Anggota tim ABC mewawancarai para pekerja tidak langsung tersebut (supervisor,
insinyur, tenaga inspeksi kualitas, dan lain-lain) dan menanyakan berapa persen
waktu yang digunakan untuk pesanan pelanggan, desain prodek, jumlah pesanan,
dan hubungan dengan pelanggan. Wawancara ini harus dilakukan dengan hati-hati.
Mereka mewawancarai harus memahami sepenuhnya apa aktivitas yang menjadi
tanggung jawabnya dan apa yang mereka harapkan dari wawancara tersebut.
Selanjutnya, manajer departemen diwawancari untuk menentukan bagaimana
biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan karyawan akan didistribusikan ke dalam
pul biaya aktivitas. Dalam setiap kasus, pertanyaan kuncinya adalah “Berapa
persen sumber daya yang dikonsumsi untuk aktivitas ini?” Sebagai contoh,
manajer produksi akan ditanyai, “Berapa persen kapasitas mesin yang dikonsumsi
sebagai akibat dari jumlah unit yang diproduksi (yaitu jumlah pesanan)?”
Hasil wawancara di
Classic Brass disajikan dalam tabel di bawah ini. Sebagai contoh, penyusutan
peralatan pabrik didistribusikan 20% untuk pesanan pelanggan, 60% untuk jumlah
pesanan, dan untuk pul biaya lainnya. Dalam hal sumber dayanya adalah jam
mesin. Berdasarkan perkiraan dari manajer produksi, 60% waktu yang tersedia
digunakan untuk memproses unit produksi sesuai dengan pesanan dari pelanggan.
Tabel Hasil Wawancara: Distribusi
Aktivitas Konsumsi Sumber Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas
Tabel Alokasi Tahap Pertama ke Pul Biaya
Aktivitas
3.
Menghitung
Tarif Aktivitas
Tarif
aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dan
pelanggan dihitung dalam gambar 3.1. Tim ABC menentukan total aktivitas
sesungguhnya yang diperlukan untuk memproduksi bauran produk dan untuk melayani
pelanggannya pada saat ini. Angka ini ditunjukkan dalam tampilan 3.1. Sebagai
contoh, tim ABC menentukan bahwa 400 desain produk baru dibutuhkan setiap tahun
untuk melayani pelanggan perusahaan saat ini. Tarif aktivitas dihitung dengan
membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas dengan total aktivitasnya.
Sebagai contoh, sebanyak $320.000 total biaya tahunan untuk pul biaya pesanan
pelanggan dibagi dengan total pesanan pelanggan sebesar 1.000 untuk mendapatkan
tarif aktivitas sebesar $320 per pesanan pelanggan. Begitu juga $252.000 total
biaya untuk pul biaya desain produk dibagi dengan total jumlah desain(misalnya;
400 desain produk) untuk menentukan tarif aktivitas $630 per desain. Perhatikan
bahan tarif aktivitas tidak dihitung untuk kategori lainnya. Hal ini karena
biaya pemeliharaan organisasi dan biaya kapasitas yang menganggur tidak
dialokasikan ke produk dan pelanggan.
Angka dalam tampilan
3.1 mengindikasikan bahwa secara rata-rata pesanan pelanggan membutuhkan sumber
daya sebesar$320; desain produk membutuhkan sumber daya sebesar $630; satu unit
produk membutuhkan sumber dayasebesar $19 per jam mesin; dan mempertahankan
hubungan dengan pelanggan membutuhkan sumber daya sebesar $1.470. Perhatikan
bahwa angka di atas merupakan angka rata-rata. Beberapa anggota tim ABC di
Classic Brass berpendapat bahwa adalah tidak adil untuk membebani semua peroduk
baru biaya desain produk yang sama yaitu sebesar $630 tanpa memandandang berapa
waktu desain yang diperlukan. Setelah mendiskusikan pro dan kontra, tim
menyimpulkan bahwa untuk saat ini tidak perlu menelusuri waktu desain aktual
yang digunakan untuk mendesain setiap produk baru. Mereka merasa bahwa
keuntungan dari meningkatnya akurasi tidak akan cukup besar untuk menutup biaya
yang tinggi untuk mengimplementasi dan mengelola sistem biaya yang lebih
detail. Begitu juga beberapa anggota merasa tidak nyaman membebani biaya yang
sama sebesar $1.470 untuk setiap pelanggan. Beberapa pelanggan tidak terlalu
menyulitkan – memesan produk standar di muka. Pelanggan lainnya memiliki
keinginan yang sangat banyak dan menghabiskan banyak waktu staf administrasi
dan pemasaran. Mereka umumnya adalah pelanggan yang memesan produk sesuai
keinginan (customized), yang cenderung memesan di saat-saat terakhir dan mereka
yang berubah pikiran. Ketika semua orang setuju dengan pengamatan ini, dta yang
dibutuhkan untuk mengukur permintaan masing-masing pelanggan terhadap sumber
daya saat itu tidak tersedia. Dari pada menunda implementasi sistem ABC, tim
memutuskan untuk menunda perbaikan tersebut untuk kemudian hari.
Tampilan
3.1Perhitungan Tarif Aktivitas
|
|||||
(a)
|
(b)
|
(a):(b)
|
|||
Pul Biaya Aktivitas
|
Total Biaya
|
Total Aktivitas
|
Tarif Aktivitas
|
||
Pesanan pelanggan
|
$ 320.000
|
1000
|
Pesanan
|
$
320
|
per pesanan
|
Desain produl
|
$ 252.000
|
400
|
Desain
|
$
630
|
per desain
|
Ukuran pesanan
|
$ 380.000
|
20000
|
jam mesin
|
$
19
|
per jam mesin
|
Hubungan pelanggan
|
$ 367.500
|
250
|
Pelanggan
|
$ 1.470
|
per pelanggan
|
Lainnya
|
$ 490.500
|
Tidak Berlaku
|
Tidak Berlaku
|
4.
Membebankan
Biaya Overhead ke Objek Biaya
Langkah
keempat dalam penerapan ABC disebut alokasi
tahap kedua (second-stage alocation).
Dalam alokasi tahap kedua, tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya
produk dan pelanggan. Pertama, kita akan mengilustrasikan bagaimana membebankan
biaya ke produk yang ada di contoh dan kemudian bagaimana membebankan biayanya
kepada pelanggan. Setelah alokasi tahap kedua selesai, tim design ABC siap
membuat laporan yang dapat membantu menjelaskan mengapa perusahaan mengalami
kerugian.
5. Menyiapkan Laporan
Manajemen
Laporan
manajemen umumnya yang dibuat dengan data ABC adaah produk dan profitabilitas
pelanggan. Laporan ini membantu perusahaan menghubungkan sumber dayanya pada
kesempatan pertumbuhan yang lebih menguntungkan sedangkan dengan waktu yang
sama memperbaiki produk dan pelanggan uyang dapat menghasilkan laba. Kita
memulai dengan mengilustrasikan suatu laporan profitabilitas sebuah produk
kemudian diikuti oleh laporan profitabilitas pelanggan.
4. Perbandingan Biaya
Produk Konvensional dan kontemporer
Metode konvensional (tarif tunggal dan
departemental) cenderung kurang akurat dalam membebankan biaya overhead ke dalam produk. Ini karena
pada pendekatan konvensional terlalu
menyederhanakan proses produksi suatu produk atau jasa. Produk yang
berbeda-beda disumsikan hanya menggunakan satu aktivitas pada keseluruhan
proses produksi atau pada satu departemen tertentu. faktanya, suatu proses
produksi membutuhkan banyak aktivitas yang tingkat konsumsi sumber dayanya juga
akan berbeda-beda pada setiap jenis produk, dan dalam penggunaan aktivitas
tersebut belum tentu perbandingannya proporsional antar-aktivitas untuk setiap
produk atau jasa.
Produk yang seharusnya dijual mahal dihargai terlalu
murah, dan produk yang seharusnya dijual murah menjadi terlalu mahal. Inilah
yang sering kali menyebabkan manajer menjadi bingung terhadap hubungan antara
penjualan dan laba yang tidak sinkron. Saat penjualan produk naik tinggi
seharusnya berkontribusi pada kenaikan laba, tetapi yang terjadi justru terjadi
penurunan laba. Etrjadi juga suatu produk tidak dapat bersaing dengan produk
lain karena dibebani harga terlalu tinggi padahal proses produksinya sudah
dilakukan secara efisien.
Manfaat dan keterbatasan Activity Based Costing
Metode
perhitungan biaya produk berkembang sesuai dengan perkembangan dunia bisnis.
Saat suatu metode yang dikembangkan pasti membawa manfaat lebih bagi bisnis.
Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang kompleks, metode tersebut akan
memunculkan keterbatasan yang menyertainya. Demikian pula dengan metode ABC.
Metode ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut.
Awalnya tujuan
perusahaan menggunakan ABC adalah untuk mengurangi distorsi dalam perhitungan
biaya produk yang sering dijumpai dalam sistem biaya berbasis unit. Berikut ini
manfaat lain ABC bagi perusahaan.
1.
Pengukuran
profitabilitas yang lebih baik. Biaya tetap aktivitas dapat dibebankan dengan
lebih akurat dan terperinci le dalam produk atau jasa sehingga hasil penawaran
produk atau jasa menjadi mudah ditelusur. Selain itu, profitabilitas juga
menjadi lebih mudah diketahui kaitannya dengan suatu produk atau jasa.
2.
Pembuatan keputusan
yang lebih baik, informasi penggunaan aktivitas yang lebih detail menjadikan
manajemen dapat menganalisis dampak atau hasil dari suatu aktivitas sehingga
dapat member dasar pembuatan keputusan yang lebih akurat,\.
3.
Perbaikan proses (process improvement). ABC memberikan
informasi detail mengenai penggunaan aktivitas. Hal ini memudahkan manajemen
menelusur dan meganalisis efektifitas dan efisiensi biaya aktivitas. Kemudian,
aktivitas-aktivitas dianggap tidak member nilai tambah dapat dihilangkan
sementara aktivitas-aktivitas yang belum optimal dapat dioptimalkan.
4.
Estimasi biaya.
Ketersediaan informasi penggunaan aktivitas dan biaya di masa lalu yang
terperinci dapat memberikan dasar yang akurat alam penentuan estimasi biaya di
masa depan.
5.
Penentuan biaya
kapasitas tak terpakai. Estimasi biaya yang akurat atas suatu aset atau sumber
daya pada suatu kapasitas yang dianggarkan dapat menjadi dasar penentuan
nilai biaya dari kapasitas yang tidak
digunakan akibat inefisiensi produksi atau pelayanan.
Selain manfaat, ABC
juga memiliki beberapa keterbatasan. Berikut ini keterbatasan-keterbatasan yang
tedapat dalam ABC
1.
Alokasi
Tidak semua biaya
memiliki aktivitas atau pemicu konsumsi sumber daya yang sesuai. Beberapa biaya
perlu dialokasikan ke departemen dan produk berdasarkan pengukuran volume arbiter karena mencari aktivitas yang
memicu biaya tidak praktis. Contohnya, biaya sistem informasi untuk
pemeliharaan fasilitas pabrik, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pajak
property pabrik.
2.
Pengabaian Biaya
Biaya produk atau jasa
yang diidentifikasi oleh sistem ABC, cenderung tidak memasukkan semua biaya
yang terkait dengan produk atau jasa seperti biaya untuk aktivitas pemasaran,
riset periklanan, pengembangan dan rekayasa produk. Meskipun beberapa biaya
dapat ditelusur langsung ke produk atau jasa individual. Biaya produk tidak
memasukkan biaya-biaya ini karena prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU) untuk pelaporan keuanganan mengharuskan biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode.
3.
Biaya dan Waktu
Salah satu kendala terbesar dalam
penerapan ABC adalah besarnya biaya aplikasi dan lamanya proses implementasi
ABC. Hal ini karena ABC bukan masalah menghitung biaya produk semata, tetapi
lebih pada cara manajemen mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dalam
produksi, sumber daya yang dikonsumsinya, hal-hal yang memicu biaya kativitas
tersebut, dan besarnya biaya yang terjadi. Mungkin saja terdapat ratusan bahkan
ribuan aktivitas yang harus dilakukan dalam dalam rangka memproduksi satu jenis
produk atau jasa. Setiap aktivitas dapat mengonsusmsi satu, dua, atau bahkan
lebih sumber daya. Sumber daya dapat dikonsumsi oleh lebih dari satu aktivitas
misalnya, kelistrikan pabrik. Kelistrikan digunakan oelh aktivitas mesin
pabrik, aktivitas penerangan pabrik, dan aktivitas pendinginan pabrik. Selain
itu, harus ditentikan pula pemicu penggunaan sumber daya/biaya tersebut.
penentuan pemicu aktivitas sangat penting karena menentukan akurasi alokasi
biaya dari aktivitas tersebut. sebuah aktivitas bisa saja memiliki lebih dari
satu pemicu, seperti aktivitas mesin pabrik yang menggunakan kelistrikan di
atas. Perlu diketahui apakah penggunaan biaya dipicu oleh lamanya mesin
menyala, banyaknya kelistrikan yang dikonsumsi, atau lamanya tenaga kerja
langsung bekerja.
0 komentar:
Posting Komentar