Tujuan
Pembelajaran:
- -
Siswa
dapat memahami mengenai capital budgeting dan konsep dasarnya
- -
Siswa
dapat menerapkan perhitungan mengenai capital budgeting
Ilustrasi Kasus 1
Sebuah perusahaan jasa angkutan barang bernama PT ADIKARGO selama
ini telah mengoperasikan sebanyak 20 truk ukuran sedang dengan tenaga 4.000 cc
yang dioperasikan sejak 5 tahun yang lalu dengan nilai investasi rata-rata Rp 5
milyar. Melihat permintaan layanan jasa angkutan barang yang dilayaninya selama
ini berjalan lancar, maka dua tahun yang lalu pemilik perusahaan memutuskan
untuk meningkatkan kapasitas layanannya dengan menambah armada angkutnya
sebanyak 10 buah truk berukuran besar dengan tenaga 6.500 cc dengan nilai
investasi sebesar Rp 4,72 milyar. Pemilik berharap dengan penambahan jumlah
armada dari 20
buah menjadi 30 buah dengan menghadirkan 10 armada truk
berkapasitas angkut yang besar, pendapatan perusahaan akan
meningkat tajam yang berasal dari meningkatnya kapasitas perusahaan dalam
memberikan layanan jasa angkutan barang.
Ketika perusahaan masih beroperasi dengan 20 truk berukuran sedang,
pendapatan perusahaan mencapai rata-rata Rp 1,35 milyar per tahun. Dalam dua
tahun terakhir pendaptan perusahaan meningkat menjadi rata-rata Rp1,75 milyar
per tahun. Namun demikian pemilik perusahaan mengeluhkan peningkatan pendapatan
yang dicapai dalam dua tahun terakhir tersebut ternyata tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Memang benar, secara absolut
pendapatan perusahaan meningkat tetapi ketika diukur menggunakan
indikator tingkat pengembalian investasi (retun on investment) ternyata
capaian pendapatan tersebut justru menurun. Dengan pendapatan sebesar Rp 1,35
milyar per tahun, tingkat pengembalian investasi perusahaan adalah 27%.
Sementara dengan pendapatan sebesar Rp 1,75 milyar yang dicapai dengan
mengoperasikan 30 armada tingkat pengembalian investasi perusahaan ternyata
hanya sebesar 18%. Dengan demikian terjadi penurunan profitabilitas perusahaan.
Ilustrasi Kasus 2
Seorang wirausaha bernama Tuan Sutan Bahari dengan dana sebesar Rp
500 juta telah memutuskan untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang
jasa klinik kesehatan. Dalam perjalanannya wirausahawan tersebut merasa puas
dan senang karena usaha kliniknya mampu memberikan pendapatan rata-rata Rp 75
juta per tahun. Dengan pendapatan tersebut berarti tingkat pengembalian
investasi atau tingkat pendapatan dari usaha klinik kesehatan tersebut adalah
15% per tahun. Namun demikian, di samping usaha klinik kesehatan tersebut
sebenarnya ada alternatif usaha lainnya yang bisa dilakukan dengan modal awal
sebesar tersebut di atas dengan risiko yang relatif sama yaitu usaha jasa salon
kecantikan. Usaha salon kecantikan tersebut bahkan ternyata mampu memberikan
tingkat pendapatan atau tingkat pengembalian rata-rata sebesar 20% per tahun.
Penjelasan Kasus 1
Pada kasus yang dialami oleh PT ADIKARGO berawal dari keputusan
perusahaan untuk menambah armada sebanyak 10 truk berukuran besar yang diharapkan
dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan tetapi yang terjadi justru
sebaliknya. Dengan penambahan 10 truk berukuran besar tersebut menyebabkan
kapasitas terlalu besar (over capacity) sehingga yang terjadi adalah
banyaknya kapasitas menganggur dengan biaya operasional yang lebih besar karena
penambahan armada cukup dengan jenis truk yang berukuran sedang saja. Keputusan
penambahan armada dengan truk yang tidak sesuai dengan kebutuhan tersebut
justru menimbulkan inefisiensi yang merongrong profitabilitas perusahaan dan
pada akhirnya upaya peningkatkan nilai perusahaan menjadi tidak optimal. Hal
ini terjadi disebabkan karena PT ADIKARGO tidak dapat melakukan perencanaan dan
analisis dengan cermat dalam memutuskan penambahan armada yang melibatkan
jumlah investasi yang bernilai besar.
Penjelasan Kasus 2
Pada kasus yang dialami oleh Tuan Sutan Bahari adalah kurang cermat
dalam memilih sasaran investasi. Dimana Tuan Sutan Bahari merasa puas dengan
hasil yang diperoleh dari usaha yang dipilihnya. Padahal jika ia lebih cermat
dalam memilih jenis usaha sebagai pilihan investasinya dengan menjalankan usaha
jasa salon kecantikan maka dia bisa memperoleh tingkat pendapatan yang lebih
tinggi dari 15% menjadi 20% per tahun. Secara ekonomis Tuan Sutan Bahari mengalami
rugi sebesar 5% karena ia memilih memperoleh pendapatan 15% dan mengorbankan
pendapatan sebesar 20% pertahun.
Kesimpulan Kasus
Dari kedua ilustrasi tersebut memberikan gambaran mengenai
kekurangcermatan dalam memilih sasaran investasi sehingga menimbulkan kesalahan
yang nantinya berakibat pada tidak optimalnya hasil yang diperoleh dari
investasi tersebut bahkan menimbulkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan.
Tentunya hal tersebut juga mempengaruhi profitabilitas perusahaan itu sendiri.
Gambaran kasus tersebut memberikan petunjuk mengenai pentingnya perencanaan
yang akurat yang didasarkan kepada analisis yang cermat dalam merencanakan
suatu investasi jangka panjang khususnya ke dalam aset tetap. Oleh karena itu
manajemen perlu mengetahui satu konsep penting berkaitan dengan pengambilan
keputusan investasi jangka panjang yaitu penganggaran modal (capital
budgeting)
1.
Pengertian
Penganggaran Modal
Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah keseluruhan
proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana
jangka waktu kembalinya dana tersebut lebih dari satu tahun (Tuhardjo; 1991).
Penganggaran Modal (Capital Budgeting) adalah kegiatan perencanaan yang
mencakup estimasi, analisis, dan evaluasi terhadap proyek investasi jangka
panjang dengan tujuan menghasilkan keputusan investasi jangka panjang yang
paling menguntungkan bagi perusahaan (Bambang Sugeng; 2017). Jadi dapat
disimpulkan bahwa penganggaran modal (Capital Budgeting) merupakan
keseluruhan kegiatan perencanaan mengenai proyek investasi jangka panjang,
dimana proyek tersebut dianggap paling menguntungkan bagi perusahaan.
2.
Arti
Penting Penganggaran Modal
Umumnya penganggaran modal mempunyai arti yang sangat penting bagi
perusahaan karena beberapa alasan, yaitu:
1.
Dana
yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang.
2.
Investasi
ke dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu yang
akan datang.
3.
Pengeluaran
dana untuk keperluan barang modal biasanya meliputi jumlah yang besar.
4.
Kesalahan
dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran tersebut akan mempunyai akibat
yang panjang dan besar.
3.
Langkah-langkah
Penganggaran Modal
Sebagai suatu upaya perencanaan dalam rangka membantu pengambilan
keputusan investasi jangka panjang, pelaksanaan proses penganggaran modal
mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menentukan
umur ekonomis obyek atau proyek investasi
Ketika perusahaan berencana untuk berinvestasi pada aset tetap maka
umumnya perusahaan memiliki dua jenis umur pemakaian, yaitu umur ekonomis dan
umur teknis. Umur ekonomis adalah umur atau jangka waktu kemampuan dari suatu
aset tetap untuk digunakan atau dioperasikan yang secara ekonomis dianggap
menguntungkan, artinya manfaat ekonomis yang diperoleh dari pengoperasian aset
tetap yang bersangkutan dianggap lebih besar sedemikian rupa dari biaya
pengoperasiaannya sehingga dianggap menguntungkan.
Sedangkan umur teknis adalah umur atau jangka waktu kemampuan dari
suatu aset tetap untuk secara teknis dapat digunakan terlepas apakah masih
dianggap menguntungkan secara ekonomis atau tidak, artinya bisa saja suatu aset
tetap masih tetap bisa dioperasikan walaupun sudah tua usianya tetapi karena
membutuhkan biaya perawatan yang semakin besar terkait dengan usianya maka
dianggap tidak menguntungkan. Umumnya umur ekonomis lebih pendek daripada umur
teknisnya.
Sebagai contoh penetapan umur ekonomis terhadap proyek investasi ke
dalam fasilitas produksi pesawat televisi yang akan dilakukan oleh PT RAJAWALI
INDAH dimisalkan umur ekonomis dari proyek investasi tersebut adalah 10 tahun.
Dengan kata lain penerimaan operasional yang dihasilkan dari proyek investasi
pembuatan pesawat televisi tersebut dianggap lebih besar sedemikian rupa dari
biaya operasional yang dikeluarkan sehingga dianggap menguntungkan. Pada tahun
ke-11 dan selanjutnya proyek investasi pembuatan pesawat televisi tersebut
dianggap sudah tidak atau kurang menguntungkan lagi.
b)
Membuat
estimasi arus kas dari proyek investasi
Persoalan yang paling mendasar dalam perencanaan investasi jangka
panjang atau dalam penganggaran modal adalah mengenai arus kas. Dimana ada dua
jenis arus kas yang harus diestimasikan dan dianalisis dalam perencanaan
investasi jangka panjang yaitu arus kas keluar dan arus kas masuk bersih.
Ø Arus kas keluar
Dalam perencanaan investasi jangka panjang yang dimaksud dengan
arus kas keluar adalah pengeluaran investasi yaitu kas atau dana yang dikeluarkan
untuk membiayai investasi. Pengeluaran investasi mencakup pengeluaran investasi
awal atau disebut sebagai initial outlay dan pengeluaran investasi
berjalan atau yang disebut sebagai on-going outlay.
a)
Pengeluaran
investasi awal (initial outlay) mencakup semua pengeluaran atau
pembiayaan yang diperlukan sehingga proyek investasi siap dioperasikan dalam
rangka menghasilkan pendapatan. Contoh pengeluaran investasi awal misalnya
pengeluaran untuk membangun pabrik, membeli kendaraan, membeli mesin dan peralatan
atau aset tetap lainnya sampai dengan aset tetap tersebut siap dioperasikan.
b)
Pengeluaran
investasi berjalan (on-going outlay) merupakan bagian dari pengeluaran
investasi yang dilakukan ketika proyek investasi sudah beroperasi. Sebagai
contoh pengeluaran untuk melengkapi bagian-bagian dari pabrik, kendaraan, mesin
atau pengeluaran untuk menambah atau mengganti bagian-bagian tertentu dari
proyek investasi yang sudah berjalan atau beroperasi den tujuan agar kinerja
proyek investasi menjadi lebih produktif.
Ø Arus kas masuk
Arus kas masuk dari suatu proyek investasi mencakup seluruh
penerimaan per kas yang dihasilkan oleh proyek investasi yang bersangkutan.
Arus kas masuk ini terdiri dari arus kas masuk bersih dan nilai sisa dari
proyek investasi di akhir umur ekonomisnya jika ada.
1.
Arus
kas masuk bersih (net cash inflow) atau dalam konteks penganggaran modal
lebih dikenal dengan sebutan “proceeds” adalah pendapatan bersih
setelah pajak yang dihasilkan dari
proyek investasi. Istilah pendapatan bersih
di sini berasal dari pendapatan kotor atau penghasilan kotor dikurangi
biaya-biaya per kas. Istilah biaya per kas adalah semua biaya yang timbul
melalui pembayaran kas, sedangkan biaya-biaya yang terjadi tetapi tidak menimbulkan pengeluaran kas tidak termasuk di
dalamnya. Contoh dari biaya yang tidak perlu mengeluarkan kas adalah biaya
penyusutan asset tetap berwujud dan biaya amortisasi asset tetap tak berwujud.
Oleh karena itu, ketika menghitung atau menentukan besarnya biaya per kas,
biaya penyusutan harus dikeluarkan.
Cara
lain untuk menentukan besarnya arus kas masuk bersih ialah berbasis laporan
laba rugi dengan cara sebagai berikut:
Pada
rumus yang kedua tersebut biaya penyusutan ditambahkan, alasannya karena biaya
penyusutan merupakan komponen biaya akrual sementara untuk menjadi arus kas
masuk bersih, pendapatan hanya dikurangi dengan biaya per kas saja. Atas dasar
ini ketika arus kas masuk bersih dihitung berdasarkan laba akrual maka biaya
penyusutan yang tadinya bersifat mengurangi pendapatan maka sekarang harus
ditambahkan kembali.
2.
Nilai
sisa proyek investasi (salvage value) merupakan unsur arus kas masuk
yang kedua dari proyek investasi. Biasanya di akhir umur ekonomisnya, suatu
asset tetap atau proyek investasi ada yang masih memiliki nilai sisa atau nilai
residu. Nilai sisa merupakan nilai jual dari asset tetap ketika sudah habis
umur ekonomisnya. Jika nilai residu tersebut diperkirakan bisa direalisasikan
dalam bentuk kas maka nilai residu tersebut menambah arus kas masuk bersih yang
diterima di tahun atau periode terakhir dari umur ekonomis asset tetap atau
proyek investasi.
c)
Menentukan
tingkat diskonto (discounting rate)
Tingkat diskonto (discounting rate) digunakan untuk
menentukan nilai sekarang (present value) dari arus kas proyek investasi
karena sesuai dengan prinsip nilai sekarang (present value) bahwa dengan
nilai nominal yang sama maka uang yang diterima sekarang lebih berharga
dibanding dengan uang yang diterima di masa yang akan datang. Pada dasarnya
tingkat diskonto ini adalah tingkat pengembalian atau tingkat pendapatan yang
diharapkan dari proyek investasi.
d)
Menentukan
dan menerapkan teknik evaluasi proyek investasi dan sekaligus mengambil
kesimpulan
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah proyek investasi yang
sedang direncanakan tersebut menguntungkan atau tidak jika terdapat beberapa
alternatif proyek investasi. Contoh ada proyek investasi A,B,C maka tujuannya
teknik evaluasi ini adalah menentukan proyek mana yang lebih menguntungkan
diantara ketiganya.
4.
Teknik-teknik
Penganggaran Modal
a)
Teknik Payback Period
Payback
period berarti
periode pengembalian, artinya teknik ini menilai apakah suatu proyek investasi
menguntungkan atau tidak menguntungkan dilihat dari jangka waktu yang
diperlukan oleh proyek investasi tersebut untuk kembali modal atau kembali dana
investasi berdasarkan arus kas masuk bersih yang dihasilkan (Bambang Sugeng,
2017). Berdasarkan teknik ini, semakin cepat atau semakin pendek jangka waktu
yang diperlukan untuk menutup kembali modal atau dana yang digunakan untuk
membiayai investasi (initial outlay)
maka semakin menguntungkan proyek investasi yang bersangkutan. Sebaliknya
semakin lama atau panjang waktu yang diperlukan untuk menutup kembali dana atau
pengeluaran investasi maka semakin tidak menguntungkan proyek investasi yang
bersangkutan.
Cepat lambatnya kemampuan suatu proyek investasi menutup kembali
dana yang diinvestasikan bergantung kepada besar kecilnya arus kas masuk yang
dihasilkan setiap periode dari proyek investasi tersebut. Semakin besar arus
kas masuk maka semakin cepat periode pengembaliannya, sebaliknya semakin kecil
arus kas masuk semakin lama dana investasi kembali. Teknik payback period ini dapat diterapkan dengan berbasis nilai sekarang (present value) maupun dengan tidak
berbasis nilai sekarang.
Evaluasi terhadap proyek investasi menggunakan teknik payback period dilakukan melalui
langkah-langkah berikut:
1)
Menentukan
payback period (periode pengembalian)
pengeluaran investasi (initial outlay)
berdasarkan arus kas masuk bersih.
2)
Mengambil
kesimpulan dengan membandingkan payback
period yang dihasilkan dari perhitungan dengan payback period yang ditetapkan oleh manajemen.
Adapun kriteria pengambilan kesimpulan yaitu jika payback period yang diasilkan dari
perhitungan lebih kecil atau sama dengan yang ditetapkan oleh manajemen maka
proyek/rencana investasi dapat dikatakan menguntungkan sehingga bisa
dilaksanakan. Sebaliknya jika payback
period yang dihasilkan lebih besar atau lebih lama dibanding payback period yang ditetapkan maka
proyek investasi dianggap merugikan. Evaluasi proyek investasi PT RAJAWALI
INDAH dengan menggunakan teknik payback
period dilakukan sebagai berikut.
·
Payback
Period tidak Berbasis Nilai Sekarang
1) Menggunakan skema arus kas masuk bersih yang tidak sama setiap
periode.
Cara
mencari payback period jika
menggunakan skema arus kas masuk yang tidak sama setiap periode maka perlu
menggunakan tabel payback period.
Tabel payback period untuk arus kas
masuk bersih dapat dilihat di bawah ini.
Tabel Payback Period untuk Arus
Kas Masuk Tidak Sama (Rp. juta)
Tahun
|
Arus Kas
|
Saldo initial
outlay setelah ditutup dengan proceeds
|
0
|
Initial outlay
|
(5.000)
|
1
|
1000
|
(4.000)
|
2
|
1200
|
(1.400)
|
3
|
1400
|
0
|
4
|
1600
|
-
|
5
|
1500
|
-
|
6
|
1100
|
-
|
7
|
1000
|
-
|
8
|
800
|
-
|
9
|
800
|
-
|
10
|
700
|
-
|
Tabel 1 (Sumber: Bambang Sugeng, 2017:180)
Berdasarkan
perhitungan pada tabel tersebut, pengeluaran investasi (initial outlay) tertutup pada tahun ke-4. Namun demikian pada
tahun ke-4 tersebut tidak sampai menunggu akhir tahun untuk bisa menutup secara
penuhpengeluaran investasi pada tahun ke-4 anya diperlukan arus kas masuk (proceeds) sebesar Rp 1,4 milyar untuk
menutup penuh pengeluaran investasi, sementara arus kas yang dihasilkan pada
tahun ke-4 adalah Rp 15 milyar. Dengan demikian pada tahun ke-4 hanya
membutuhkan waktu 1,4/1,6 tahun atau sama dengan 0,875 tahun. Dengan demikian
secara keseluruhan payback period
dari proyek investasi tersebut tepatnya adala 3,875 tahun atau kurang lebih 3
tahun 11 bulan.\
2) Menggunakan skema arus kas masuk bersih yang sama setiap periode
Jika
proyek investasi menghasilkan arus kas masuk bersih yang sama setiap periode
maka penentuan payback period yang
tidak berbasis nilai sekarang dapat dilakukan dengan cara lebih sederhana,
yaitu dengan rumus:
Dengan rumus tersebut maka payback
period proyek investasi dengan arus kas masuk sebesar Rp 900 juta setiap
periode selama umur ekonomis proyek adalah sebagai berikut:
= 5,56 tahun
Berdasarkan payback period
yang diperoleh dari perhitungan di atas selanjutnya kesimpulan tentang proyek
investasi dilakukan dengan membandingkan payback
period yang dihasilkan dari perhitungan dengan payback period yang ditetapkan oleh manajemen.
Payback
period yang
dihasilkan dari perhitungan yaitu 5,93 tahun (menggunakan skema arus kas masuk
yang tidak sama setiap periode) dan juga 5,56 tahun (menggunakan skema arus kas
masuk sama setiap periode) adalah lebih kecil dari payback period yang ditetapkan oleh manajemen yaitu 6 tahun,
sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek investasi tersebut menguntungkan dan
karenanya bisa dijalankan.
·
Payback
Period Berbasis Nilai Sekarang
Jika
menggunakan payback period yang
berbasis nilai sekarang maka arus kas masuk bersih yang diasilkan selama umur
ekonomis harus ditentukan nilai sekarangnya dengan menggunakan rumus dasar
nilai sekarang. Selanjutnya menentukan berapa periode (tahun) pengeluaran
investasi bisa ditutup (di-cover)
dengan menggunakan arus kas masuk bersih yang sudah dinyatakan dalam bentuk
nilai sekarang.
1)
Menggunakan
skema arus kas masuk bersih yang tidak sama setiap periode
Nilai
payback period dapat dihitung dengan
menggunakan bantuan tabel berikut:
Tabel Payback Period untuk
Arus Kas Masuk yang Tidak Sama (Rp juta)
Tahun
|
Arus Kas
|
Faktor Diskonto
|
Nilai sekarang dari arus kas
|
Saldo initial
outlay setelah ditutup dengan arus kas masuk
|
0
|
IO
|
(5.000)
|
(5.000)
|
|
1
|
1.000
|
0,862
|
862,0
|
(4.138,0)
|
2
|
1.200
|
0,743
|
891,6
|
(3.246,4)
|
3
|
1.400
|
0,641
|
897,4
|
(2.349,0)
|
4
|
1.600
|
0,552
|
883,2
|
(1.465,8)
|
5
|
1.500
|
0,476
|
714,0
|
(751,8)
|
6
|
1.100
|
0,410
|
451,0
|
(300,8)
|
7
|
1.000
|
0,354
|
354,0
|
0
|
8
|
800
|
0,305
|
244,0
|
-
|
9
|
800
|
0,263
|
210,4
|
-
|
10
|
700
|
0,227
|
158,9
|
-
|
Total
|
11.100
|
5.666,5
|
Tabel 2 Tingkat diskonto, k = 16%
*) IO = Initial Outlay
(pengeluaran investasi awal) (Sumber: Bambang Sugeng, 2017:182)
Berdasarkan perhitungan tabel tersebut, pengeluaran investasi
tertutup pada tahun ke-7. Namun pada tahun ke-7 tidak sampai menunggu hingga
akhir tahun untuk bisa menutup secara penuh pengeluaran investasi. Pada tahun
ke-7 hanya diperlukan arus kas dengan nilai sekarang sebesar Rp 300,5 juta
untuk menutup penuh pengeluaran investasi, sementara nilai sekarag arus kas
yang dihasilkan pada tahun ke-7 adalah Rp 354 juta. Dengan demikian pada tahun
ke-7 tersebut hanya dibutuhkan waktu 300,5/354 tahun atau 0,85 tahun atau
kurang lebih 10 bulan. Dengan demikian, secara keseluruhan payback perioddari proyek investasi ini tepatnya adalah 6,85 tahun
atau kurang lebih 6 tahun 10 bulan.
2)
Menggunakan
skema arus kas masuk bersih yang sama setiap periode (anuitas)
Jika
proyek investasi menghasilkan arus kas masuk bersih yang sama setiap periode
atau dalam bentuk anuitas maka payback
period bisa ditentukan dengan cara yang lebih sederhana dengan menggunakan
rumus berikut.
Total nilai
sekarang dari arus kas masuk yang dimaksudkan dalam rumus tersebut adalah
jumlah dari nilai sekarang atas seluruh arus kas masuk yang diterima selama
umur ekonomis proyek investasi. Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Keterangan:
NS = Nilai Sekarang total
AKM = Arus Kas Masuk
k = tingkat diskonto
t = periode terjadi arus kas (sama dengan umur ekonomis)
Dengan data
arus kas masuk bersih yang ada yaitu Rp 900 juta setiap periode, nilai sekarang
total dari arus kas yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut adalah:
=
=
4.349,53
Selanjutnya
berdasarkan nilai sekarang total tersebut, payback
period dari proyek investasi PT RAJAWALI INDAH dapat ditentukan sebagai
berikut.
= 11,5
tahun
Berdasarkan
hasil perhitungan payback period
berbasis nilai sekarang di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan payback period yang ditetapkan oleh
manajemen terhadap proyek investasi paling lama 6 tahun maka dengan berbasis
nilai sekarang, proyek investasi
tersebut tidak menguntungkan baik dengan contoh skema arus kas yang tidak sama
setiap periode maupun dengan contoh skema arus kas yang sama setiap periode. Payback period yang dihasilkan yaitu
6,85 tahun (untuk contoh arus kas yang tidak sama setiap periode) dan 11,5 tahun (untuk contoh arus kas yang sama)
adalah lebih lama atau lebih besar dari batasan payback period yang detetapkan oleh manajemen yang hanya 6 tahun.
Bahkan pada contoh arus kas yang sama, payback
period yang dihasilkan melampaui umur ekonomis proyek investasi. Sehingga
dapat dikatakan proyek investasi tersebut tidak menguntungkan.
·
Kelebihan
dan Keterbatasan Teknik Payback Period
Kelebihan dari teknik payback period ini adalah sederhana sehingga mudah diterapkan
karena tidak memerlukan proses perhitungan yang rumit. Di samping itu teknik
ini lebih mementingkan aliran kas masuk di tahun-tahun awal umur proyek
investasi karena memiliki tingkat risiko yang lebih kecil di banding arus kas
masuk di tahun-tahun berikutnya. Namun dibalik kesederhanaannya terdapat
keterbatasan yang melekat pada teknik tersebut yaitu mengabaikan arus kas masuk
yang dihasilkan pada periode-periode setelah payback period tercapai. Keterbatasan ini dapat menimbulkan bias
dalam penilaian suatu proyek atau rencana investasi.
b)
Teknik Profitability Index
(PI)
Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana di antara
teknik-teknik evaluasi proyek investasi yang ada, karena penilaian rencana atau
proyek investasi dilakukan dengan hanya membagi total arus kas masuk bersih
yang dihasilkan dengan total pengeluaran investasi yang dikeluarkan (initial outlay). Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut.
Evaluasi
terhadap proyek investasi menggunakan teknik profitability index dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1)
Menentukan
profitability index (indeks
profitabilitas) yang membagi total arus kas masuk bersih dengan pengeluaran
investasi.
2)
Mengambil
kesimpulan apakah proyek investasi menguntungkan atau tidak, berdasarkan
kriteria sebagai berikut.
Profitability Index>
1 : proyek investasi menguntungkan
Profitability Index
1 : proyek investasi tidak menguntungkan
Sebagaimana
teknik payback period, teknik profitability index ini bisa berbasis nilai sekarang atau bisa
tidak berbasis nilai sekarang.
Evaluasi proyek investasi pendirian unit
produksi pesawat televisi dari PT RAJAWALI INDAH dengan menggunakan teknik profitability index dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut.
·
Tidak
berbasis nilai sekarang
= 2,2
·
Berbasis
nilai sekarang
= 1,13
Berdasarkan profitability index yang diasilkan
tersebut dapat disimpulkan bahwa proyek investasi pendirian unit produksi pesawat televisi PT
RAJAWALI INDAH dianggap menguntungkan baik dilihat dari profitability index berbasis nilai sekarang yaitu sebesar 1,13
maupun dari profitability index yang
tidak berbasis nilai sekarang yaitu sebesar 2,2. Kedua profitability index tersebut lebih besar dari 1. Dengan demikian
berdasarkan teknik profitability index,
proyek investasi tersebut bisa direkomendasikan untuk dilaksanakan.
Teknik profitability index ini melihat
pengeluaran investasi sebagai biaya atau pengeluaran sedangkan arus kas masuk
bersih yang dihasilkan dianggap sebagai pendapatan. Oleh karena itu jika total
arus kas masuk yang dihasilkan lebih besar dari pengeluaran investasi maka proyek
investasi dianggap menghasilkan laba dan dianggap menguntungkan dan karenanya profitability index yang dihasilkan akan
lebih besar dari 1. Sebaliknya jika total arus kas masuk yang dihasilkan lebih
kecil dari pengeluaran investasi maka proyek investasi dianggap merugikan dan
karenanya profitability indexyang
dihasilkan akan lebih kecil dari 1. Selanjutnya, profitability index yang sama dengan 1 dimaknai bahwa pendapatan
yang dihasilkan proyek investasi sama dengan biaya investasi yang dikeluarkan.
Oleh karena itu, proyek investasi yang seperti ini juga dianggap tidak
menguntungkan.
· Kelebihan
dan Keterbatasan Teknik Profitability
Index
Kelebihan dari teknik profitability index ini merupakan teknik evaluasi proyek investasi
yang sederhana sehingga sangat mudah diterapkan. Adapun keterbatasannya adalah
terkait dengan indeks profitabilitas yang dihasilkan. Jika profitability index yang dihasilkan lebih besar dari 1 maka
kesimpulannya adalah proyek investasi menguntungkan, tetapi tidak memberikan
informasi seberapa besar keuntungan yang bisa diterima oleh manajemen sehingga
proyek investasi yang bersangkutan layak dijalankan.
3.
Teknik Net Present Value (NPV)
Sesuai namanya, teknik NPV adalah teknik evaluasi
proyek investasi yang berbasis nilai sekarang atau berbasis pada nilai waktu
dari uang (time value of money). Jadi penentuan suatu proyek investasi
menguntungkan atau tidak, didasarkan atas selisih antara nilai sekarang (present
value) dari total arus kas masuk yang dihasilkan proyek investasi dan nilai
sekarang dari dana investasi yang dikeluarkan. Selisih yang dihasilkan tersebut
disebut net present value (NPV). Maka rumus NPV sebagai berikut:
NPV =
-
Nilai sekarang dari arus kas masuk (AKM) yang
diperlukan dalam rumus tersebut dihitung dengan cara yang sama dengan cara yang
dilakukan pada teknik-teknik sebelumnya. Cara menggunakan teknik NPV ini
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1)
Menghitung net present value (NPV) atau nilai sekarang
bersih proyek investasi berdasarkan selisih antara nilai sekarang dari arus kas
masuk total yang dihasilkan dengan nilai sekarang dana investasi yang
dikeluarkan. Kriteria NPV adalah:
NPV >0 :
Proyek investasi menguntungkan
NPV <0 :
Proyek investasi tidak menguntungkan
NPV = 0 :
Proyek investasi menguntungkan
Jika NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) atau
bernilai positif berarti nilai sekarang dari total arus kas masuk yang
dihasilkan dari proyek investasi lebih besar dari nilai sekarang dana investasi
yang dikeluarkan untuk membiayai proyek investasi, karena itu proyek investasi
dianggap menguntungkan sehingga bisa dilaksanakan. Begitu pula sebaliknya.
Jika NPV sama dengan nol (NPV = 0) berarti nilai
sekarang dari total arus kas masuk yang dihasilkan oleh proyek investasi sama
dengan nilai sekarang dari dana investasi yang dikeluarkan untuk membiayai
proyek investasi. Ada dua kemungkinan kesimpulan yang bisa dihasilkan jika NPV
= 0. Pertama, jika tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai
sekarang berasal dari biaya modal terutama dana yang digunakan berasal dari
utang berarti arus kas masuk bersih yang dihasilkan oleh proyek investasi hanya
cukup memenuhi atau menutup biaya modal saja.
Dalam hal ini tentunya proyek investasi dianggap tidak
menguntungkan karena belum mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan. Di sisi
lain, jika tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang
berasal dari tingkat pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan maka NPV = 0
berarti proyek investasi dianggap menguntungkan. Karena nilai sekarang dari total arus kas
masuk yang besarnya sama dengan nilai sekarang dari pengeluaran investasi
tersebut sudah terdikonto dengan tingkat pendapatan yang didalamnya selain
mencakup besarnya biaya modal juga besarnya tingkat keuntungan yang diharapkan
oleh perusahaan dari proyek investasi. Artinya dengan nilai sekarang dari total
arus kas masuk yang besarnya sama dengan pengeluaran investasi, perusahaan
sudah memperhitungkan pendapatan atau keuntungan yang diharapkan (required
rate of return) dari proyek investasi. Evaluasi proyek investasi pendirian
unit produksi pesawat televisi PT RAJAWALI INDAH dengan menggunakan teknik NPV
adalah sebagai berikut.
·
Skema Arus Kas Masuk (AKM) bersih yang
tidak sama setiap periode.
Terlebih
dahulu dihitung nilai sekarang dari total arus kas masuk. Sedangkan nilai
sekarang dari pengeluaran investasi adalah sebesar nilai dari pengeluaran
investasi itu sendiri. Berdasarkan perhitungan nilai sekarang pada arus kas pada
Tabel 3 , NPV proyek investasi
dapat ditentukan sebagai berikut.
Nilai
sekarang arus kas masuk 5.666,5
Nilai
sekarang pengeluaran investasi 5.000,0
-
NPV 666,5
Dari
perhitungan di atas diperoleh NPV sebesar Rp 666,5 juta (positif). Jadi, proyek
investasi pendirian unit untuk produksi pesawat televisi dari PT RAJAWALI INDAH
menguntungkan sehingga bisa direkomendasikan untuk diterima atau dilaksanakan.
Tahun
|
AKM
|
Faktor Diskonto 1/(1+k)t
|
Nilai Sekarangdari AKM
|
1
|
1.000
|
0,862
|
862,0
|
2
|
1.200
|
0,743
|
891,6
|
3
|
1.400
|
0,641
|
897,4
|
4
|
1.600
|
0,552
|
883,2
|
5
|
1.500
|
0,476
|
714,0
|
6
|
1.100
|
0,410
|
451,0
|
7
|
1.000
|
0,354
|
354,0
|
8
|
800
|
0,305
|
244,0
|
9
|
800
|
0,263
|
210,4
|
10
|
700
|
0,227
|
158,9
|
Total Nilai Sekarang dari arus kas
|
5.666,5
|
Tabel 3 Nilai Sekarang (Sumber: Bambang Sugeng, 2017:189)
·
Menggunakan contoh arus kas masuk
bersih yang sama setiap periode. Dengan menggunakan rumus berikut.
NS= AKM x
Dengan contoh
data arus kas masuk bersih dari proyek investasi PT RAJAWALI INDAH yaitu
sebesar Rp 900 juta setiap periode selama umur ekonomisnya, nilai sekarang
total dari arus kas yang dihasilkan adalah:
NS = 900 x
=
= 4.349,5
Jadi, NPV proyek
investasi tersebut dapat ditentukan sebagai berikut.
Nilai sekarang arus kas masuk 4.349,5
Nilai sekarang pengeluaran investasi 5.000,0 -
NPV
- 650,5
Dari
perhitungan di atas diperoleh NPV sebesar Rp - 650,5 juta (negatif). Jadi, proyek
investasi tersebut tidak direkomendasikan. Jika tingkat diskonto yang digunakan
diperkecil menjadi 10% dengan menggunakan arus kas masuk yang sama setiap
periode (Rp 900 juta) maka:
NS = 900 x
=
= 5.530,5
Dengan
demikian, dengan tingkat diskonto yang diperkecil menjadi 10%, kesimpulan
evaluasi bahkan berubah yang tadinya proyek investasi dikatakan tidak
menguntungkan karena NPV yang dihasilkan negatif, menjadi menguntungkan dengan
NPV positif.
·
Kelebihan dan Keterbatasan
Teknik NPV
Kelebihan
dari teknik NPV ini terutama teknik ini berbasis nilai sekarang sehingga
evaluasi proyek investasi bisa dilakukan dengan lebih wajar dan representatif
karena memperhatikan unsur nilai waktu dari uang (time value of money). Adapaun
keterbatasan dari teknik ini:
-
Diperlukan perhitungan yang lebih kompleks
-
Mengasumsikan bahwa perusahaan mampu mereinvestasikan langsung
begitu arus kas masuk dari proyek investasi tersebut diterima.
4.
Teknik Internal Rate of Return (IRR)
Sebagaimana teknik NPV, teknik IRR juga merupakan teknik berbasis
nilai sekarang. Teknik IRR adalah tingkat pengembalian atau tingkat pendapatan
yang sebenarnya yang diperoleh oleh suatu proyek investasi berdasarkan arus kas
masuk bersih yang dihasilkannya. Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pendapatan yang sesungguhnya
diperoleh dari proyek investasi yang besar-kecilnya bergantung pada arus kas
masuk bersih yang dihasilkan proyek investasi.
Teknik IRR ini ditentukan menggunakan teknik perhitungan NPV
sebagaimana yang dilakukan pada teknik NPV. Dengan kata lain, IRR adalah
tingkat diskonto yang menjadikan besarnya nilai sekarang dari total arus kas
masuk sama besarnya dengan nilai sekarang dari dana investasi yang dikeluarkan.
IRR yang diperoleh dari perhitungan tersebut selanjutnya mencerminkan tingkat
pendapatan yang sesungguhnya yang diperoleh oleh proyek investasi berdasarkan
arus kas masuk bersih yang dihasilkan. Kriteria pengambilan kesimpulan teknik
IRR adalah sebagai berikut:
Jika IRR ≥ Required rate of return yang ditetapkan =
menguntungkan.
Jika
IRR <Required rate of return yang ditetapkan = merugikan.
Required rate
of return yang ditetapkan
di muka merupakan tingkat pendapatan yang diharapkan diperoleh dari proyek
investasi. jika IRR yang dihasilkan lebih kecil dari required rate of return
yang ditetapkan di muka berarti proyek investasi tersebut menghasilkan
tingkat pendapatan yang lebih rendah dari tingkat pendapatan yang diharapkan,
karena itu proyek investasi tersebut tidak menguntungkan dan sebaliknya.
·
Cara
Menentukan IRR. Langkah-langkah
untuk menghitung IRR atau menghitung besarnya k sebagai berikut:
1)
Hitunglah nilai sekarang dari arus kas masuk bersih dengan
menggunakan tingkat diskonto (k) sembarang, kemudian tentukan NPV dari
proyek investasi.
2)
Jika dengan langkah 1) tersebut dihasilkan NPV lebih besar dari
nol (positif) berarti tingkat diskonto yang digunakan terlalu kecil karena itu
perlu dicoba lagi langkah 1) dengan menggunakan tingkat diskonto (k)
yang lebih besar sampai menghasilkan NPV lebih kecil dari nol (negatif). Agar
lebih efisien, gunakan tingkat diskonto yang relatif besar sehingga bisa
langsung dihasilkan NPV negatif. Dan Sebaliknya.
3)
Interpolasiberdasarkan kedua tingkat diskonto (k) tersebut
untuk menentukan besarnya k yang menghasilkan NPV = 0 atau IRR yang
dicari. Adapun rumus interpolasi tersebut sebagai berikut.
IRR = k1
+
(k2-k1)
tingkat
diskonto yang menghasilkan NPV positif 1
tingkat
diskonto yang menghasilkan NPV negatif 2
Contoh:
·
Arus kas masuk bersih sama untuk setiap periode. Menghitung NPV proyek investasi dengan menggunakan
tingkat diskonto misalnya 16%.
NS = 900 x
((1+0,16)10−1)/((1+0,16)10 𝑥 0,16)
= (900 𝑥 3,411)/0,7058
= 4.349,5
Nilai sekarang AKM 4.349,5
Nilai sekarang pengeluaran 5.000
-
NPV -650,5
Hal ini berarti tingkat diskonto tersebut terlalu besar
sehingga perlu diturunkan, misalnya kita gunakan 5%.
Menghitung NPV proyek dengan menggunakan tingkat diskonto 5%.
NS = 900 x
=
= 6.989
Nilai sekarang AKM 6.989
Nilai sekarang
pengeluaran 5.000 -
NPV 1.989
Mengingat telah dihasilkan dua buah tingkat diskonto
yang menghasilkan NPV negatif dan NPV positif, maka langkah selanjutnya
melakukan interpolasi untuk menentukan besarnya IRR menggunakan rumus
interpolasi sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh IRR sebesar 13%. Jika misalnya perusahaan (PTRAJAWALI INDAH) mengharapkan tingkat pendapatan (required rate of return) dari proyek investasi unit produksi pesawat televisi sebesar 10% maka kesimpulannya adalah proyek investasi tersebut menguntungkan.
·
Arus kas masuk bersih tidak sama antar periode.
Menghitung NPV proyek investasi dengan menggunakan
tingkat diskonto misalnya 16%
Nilai sekarang arus kas masuk 5.666,5
Nilai sekarang
pengeluaran 5.000,0
NPV 666,5
Dari perhitungan di atas diperoleh NPV positif sebesar Rp 666,5. Hal ini berarti tingkat diskonto sebesar 16% tersebut terlalu kecil sehingga perlu dinaikkan, misalnya kita naikkan menjadi 25%.Menghitung NPV proyek investasi menggunakan tingkat diskonto 25%. Dengan tingkat diskonto 25%, nilai sekarang dari arus kas masuk bersih proyek investasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 4 Menghitung NPV dengan diskonto 25% (Sumber: Bambang
Sugeng, 2017:199)
Nilai sekarang arus kas masuk 4.247,5
Nilai sekarang pengeluaran investasi 5.000,0
-
NPV -752,5
Dari hasil
perhitungan diperoleh IRR sebesar 20,3%. Jika misalnya perusahaan (PTRAJAWALI
INDAH) mengharapkan tingkat pendapatan (required rate of return) dari
proyek investasi unit produksi pesawat televisi sebesar 10% atau bahkan 16%
maka kesimpulannya adalah proyek investasi tersebut menguntungkan karena IRR
lebih besar dari tingkat pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan. Atas dasar
ini proyek investasi tersebut direkomendasikan untuk diterima atau
dilaksanakan. Proyek investasi tersebut baru dikatakan tidak menguntungkan jika
tingkat pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan dari proyek investasi
tersebut di atas 20,3% atau di atas IRR yang dihasilkan.
Pengaruh Tingkat Diskonto terhadap NPV. Semakin tinggi tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan
nilai sekarang arus kas maka semakin kecil nilai sekarang yang dihasilkan,
sehingga akan menghasilkan NPV yang semakin besar dan sebaliknya. Di sisi lain,
IRR pada dasarnya merupakan tingkat diskonto yang menjadikan NPV sama dengan
nol. Berdasarkan contoh-contoh sebelumnya khususnya contoh perhitungan NPV
menggunakan skema arus kas masuk bersih yang sama setiap periode (Rp 900 juta)
diperoleh data sebagai berikut.
·
Kelebihan dan Keterbatasan
Teknik IRR
Kelebihan
dari teknik IRR ini selain berbasis nilai sekarang sebagaimana teknik NPV
sebelumnya, teknik ini memberikan keunggulan karena memberikan informasi
tentang berapa tingkat pendapatan yang sesungguhnya dari proyek investasi
berdasarkan arus kas masuk bersih yang dihasilkan. Pada teknik NPV kita hanya
bisa menyimpulkan proyek investasi menguntungkan atau tidak menguntungkan
berdasarkan NPV dengan nilai positif atau negatif, tetapi kita tidak mengetahui
berapa sesungguhnya proyek investasi mampu memberikan tingkat pendapatan.
Disamping
memiliki beberapa kelebihan dibanding teknik-teknik lainnya, teknik IRR juga
memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1)
Memerlukan perhitungan yang lebih kompleks.
2)
Jika arus kas
masuk
yang
dihasilkan proyek
investasi seluruhnya bernilai positifmaka
halinidisebut“aruskasmasuknormal”
(normalcashinflow).
Sebaliknya
jikapadaaruskasmasuktersebutterdapatarus kasmasukbernilai
negatifmakahalinidisebut “aruskasmasuk tidak
normal”.Jikaterdapatarus kasmasukbersih negatif pada lebihdarisatuperiodesecara tidakberurutan, baikyang disebabkanterjadinyapengeluaraninvestasidalambentukon-going outlay(pengeluaraninvestasiberjalan) ataudisebabkankarena
terjadinya kerugianoperasional, pada
periode-periode tertentu,makateknikiniakan menghasilkanduabuahIRR,sehinggaterjadiIRRganda.Dalamhalterjadi
IRR ganda maka tidak satupun
dari IRR tersebut
yang realistis dijadikan kriteria evaluasiproyekinvestasi,sehingga keputusaninvestasitidakbisa diambil.Contoharuskasmasukbersihyangdidalamnyaterdapataruskas
masuk
bersih (proceeds)negatif misalnyasebagaiberikut:
Tahun/periode
Proceeds
1
2 3 4
5 6 7 8 9
10
3)
Teknik
IRR mengasumsikan
bahwa arus kas masuk bersih
yang diterima dari
proyek mampu direinvestasikan langsung
oleh perusahaan dengan tingkat
pendapatan sebesar
IRR itu sendiri. Hal ini berarti bahwa
teknik IRR bisa digunakan
jika
perusahaan mampu menginvestasikan kembali
setiap kas
masukyang diterima
setiap periode
dari proyek investasi
dengan tingkat
pendapatan minimal sebesar IRR.Tujuannya adalah
agar
dari arus kas masuk
yang dihasilkan
oleh
proyek
investasi tersebut diperoleh pendapatan sebesar IRR sehingga
secara keseluruhan tingkat pendapatan dari proyek
investasi adalah sebesar
IRR yang
dihasilkan
Tentu
saja
dalam praktiknya
asumsi ini tidak mudah untuk direalisasikan. Pada teknik NPV, asumsi reinvestasinya
lebih moderat karena
asumsi tingkat pendapatan
reinvestasi yang digunakan adalah sebesar
tingkat
diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang.
Tingkat diskonto lebih realistis
sebagai
tingkat
pendapatan reinvestasi dibanding
IRR karena pada
proyek
yang dianggap
menguntungkan berdasarkan teknik IRR,
IRR yang
dihasilkan lebih tinggi
dari tingkat diskonto. Semakin tinggi
IRR yang
dihasilkan semakin
tinggipulatingkatpendapatanyang harusdihasilkandarireinvestasiaruskas
masuk dan tentunyasemakin terbatas kemampuan
perusahaan untuk merealisasikannya. Untuk
mengatasi kendala asumsi tersebut
telah dikembangkan
metode IRR yang dimodifikasi atau
yang disebut dengan Modified IRR
(MIRR).
5.
Teknik MIRR (Modified Internal rate
of Return)
Jika IRR merupakan tingkat diskonto
yang menjadikan nilai sekarang arus kas masuk bersih (proceeds) sama
dengan nilai sekarang arus kas keluar pengeluaran investasi awal (initial
outlay) atau NPV = 0, di sisi lain MIRR adalah tingkat diskonto yang
menjadikan nilai sekarang dari nilai masa yang akan datang (future
value) arus kas masuk bersih sama dengan nilai sekarang dari arus kas
keluar pengeluaran investasi awal (initial outlay). Dalam persamaan
tersebut kedudukan MIRR tampak dalam rumus berikut.
Keterangan:
PI =
Pengeluaran investasi awal (initial outlay)
AKM = Arus kas
masuk bersih (proceeds)
k =
Tingkat diskonto
n =
Umur ekonomis proyek investasi
t =
Periode terjadinya arus kas
ΣAKMn(1+k)n-t = Rumus
nilai masa yang akan datang (future value) dari
arus kas masuk bersih.
Ruas
kiri dari persamaan di atas merupakan nilai sekarang dari pengeluaran investasi
awal sedangkan pada ruas kanan adalah nilai sekarang dari nilai masa yang akan
datang arus kas masuk bersih. Future value (nilai masa yang akan datang)
merupakan kebalikan dari present value (nilai sekarang), yaitu nilai
uang sekarang diukur dengan nilai di masa yang akan datang menggunakan tingkat
pendapatan yang diharapkan atau biaya modal (k) sebagai tingkat
pemajemukan (compound rate). Dalam hal ini, jika k digunakan
untuk menghitung nilai sekarang maka disebut tingkat diskonto (discounting
rate), sebaliknya jika digunakan untuk menghitung nilai masa yang akan
datang atau future value maka k disebut sebagai tingkat
pemajemukan atau (compound rate). Dengan demikian, dalam penentuan MIRR
besarnya compound rate sama dengan discounting rate.
Untuk
menentukan besarnya MIRR pada rumus di atas bisa dilakukan dengan cara
interpolasi sebagaimana yang juga dilakukan dalam menentukan besarnya IRR.
Secara keseluruhan, langkah-langkah untuk menentukan MIRR antara lain sebagai
berikut:
1)
Menghitung nilai masa yang
akan datang (future value) dari arus kas masuk bersih.
2)
Menghitung nilai sekarang dari future
value (nilai masa yang akan datang) arus kas masuk bersih.
3)
Menghitung NPV dengan tingkat
diskonto coba-coba (trial and error) sampai dihasilkan NPV positif dan
NPV negatif. NPV pada teknik MIRR merupakan selisih antara nilai sekarang dari futue
value arus kas masuk dan nilai sekarang dari pengeluaran investasi awal.
4)
Melakukan interpolasi berdasarkan
dua buah tingkat diskonto yang dihasilkan dari langkah 3) untuk menentukan
besarnya MIRR.
5)
Menyimpulkan hasil evaluasi
berdasarkan MIRR yang dihasilkan. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan
proyek menguntungkan atau tidak adalah sama dengan kriteria yang digunakan pada
teknik IRR.
Berikut perhitungan MIRR menggunakan contoh proyek investasi senilai Rp 5.000 juta dengan umur ekonomis proyek 10 tahun dan tingkat pendapatan yang diharapkan (required rate of retun) dari proyek investasi yang digunakan sebagai tingkat diskonto atau tingkat pemajemukan (k) adalah sebesar 10%. selanjutnya arus kas yang dihasilkan dari proyek investasi tersebut yang di dalamnya terdapat arus kas negatif adalah sebagai berikut.
Menghitung future value arus kas masuk
bersih. Tabel 5 Tingkat diskonto 10% (Sumber: Bambang Sugeng, 2017:205)
Menghitung NPV dengan mencoba
menggunakan 2 buah tingkat diskonto. Pertama, dengan tingkat diskonto misalnya
sebesar 5%.10. 475,4 / (1+0,05)10= 6.431
Nilai
sekarang dari future value arus kas masuk 6.431
Nilai
sekarang pengeluaran investasi 5.000,0
NPV
1.431
Dengan
tingkat diskonto 25%
10. 475,4 / (1+0,25)10=
1.125
Nilai
sekarang dari future value arus kas masuk 1.125
Nilai
sekarang pengeluaran investasi 5.000,0
NPV
-3.875
Melakukan interpolasi untuk menentukan
besarnya MIRR dengan menggunakan rumus interpolasi sebagaimana yang digunakan
pada teknik IRR.
MIRR = 5% +
x (25%-5%)
= 10,5%
Mengambil kesimpulan evaluasi berdasarkan MIIR
yang dihasilkan. Mengingat tingkat pendapatan yang diharapkan (required rate
of return) dari proyek investasi adalah 10% sedangkan MIRR yang dihasilkan
adalah 10,5%maka disimpulkan bahwa proyek investasi tersebut menguntungkan.
6.
Evaluasi
Proyek Investasi dengan Ketidakpastian Arus Kas
Bab ini menganggap bahwa seluruh arus kas masa depan
diketahui dengan pasti. Namun arus kas masadepan seringkali tidak pasti atau
sulit diestimasi. Sejumlah teknik tersedia untuk menangani permasalahan ini.
Contoh:
Suatu perusahaan dengan biaya modal
sebesar 12% mempertimbangakn pembelian peralatan otomatis yang mempunyai masa
manfaat 10 tahun. Anggaplah juga bahwa analisis arus kas yang didiskonto dari
manfaat dan biaya yang berwujud menunjukkan nilai kini neto yang negatif
menjadi positif. Dalam kasus ini, besarnya arus kas tambahan per tahun dari
manfaat tidak berwujud yang diperlukan membuat proyek secara finansial menarik
dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai kini neto tidak termasuk manfaat
tidak berwujud $(226.000)
Faktor nilai kini dari anuitas 12%
selama 10 periode $ 5.650
Jadi jika manfaat tidak berwujud
perlatan otomatis bagi perusahaan
sedikitnya bernilai $40.000 satu tahun, maka peralatan tersebut seharusnya
dibeli. Jika, menurut pertimbangan manajemen, manfaat tidak berwujud tadi
dinilai tidak sebesar $40.000 setahun, maka seharusnya tidak dibeli.
Teknik ini dapat digunakan dalam
situasi lainnya dimana arus kas masa depan sulit untuk diestimasi. Sebagai
contoh, teknik ini dapat digunakan jika nilai sisa sulit diestimasi. Sebagai
ilustrasi, anggaplah bahwa seluruh arus kas dari investasi tanker telah
diestimasi kecuali nilai sisanya setelah pemaikaian selama 20 tahun.
Dengan mengitung tingkat diskon
12%, manajemen telah menentukan bahwa nilai kini neto dari keseluruhan arus kas
ini adalah negatif $1,04 juta. Nilai kini negatif ini akan diimbangi dengan
nilai sisa dari tanker tersebut. Berapa besar nilai sisa harus diperhitungkan
dalam investasi agar menarik?
Nilai kini
neto tidak termasuk nilai sisa (negatif) $(1.040.000)
Faktor nilai
kini pada 12% selama 20 periode 0,104
|
Jadi, jika nilai sisa tanker dalam
20 tahun sedikitnya $10 juta, nilai kini netonya positif dan investasi tersebut
harus dilakukan. Namun demikian, jika manajemen yakin nilai sisanya tidak
sebesar $10juta, investasi tersebut harus ditolak.
Ø Opsi Rill
Analisis
dalam bab ini menganggap bahwa investasi yang dilakukan tidak dapat
ditangguhkan, sekali terjadi, dan tidak ada hal lain yang dapat dikerjakan
selain proyek tersebut. Kenyataannya, investasi itu biasanya dapat
ditangguhkan. Penangguhan investasi adalah pilihan yang menarik jika nilai kini
netto adalah biasa-biasa saja dengan menggunakan estimasi terbaru atas arus kas
masa depan, tetapi arus kas masadepan penuh ketidakpastian yang mungkin dapat
diatasi dengan berjalannya waktu. Sama halnya sekali investasi dilakukan,
manajemen dapat mengubah lingkungan bisnis dan melakukan tindakan untuk
meningkatkan arus kas masadepan.
Contoh:
Pembelian tanker
mengakibatkan manajemen dihadapkan pada sejumlah pilihan,beberapa di antaranya
menjadi lebih menarik ketika waktu berjalan. Dibanding mengoperasikantanker
sendiri, perusahaan dapat memutuskan untuk menyewakannya ke operator lain jika
tarif sewa cukup tinggi. Atau jika terjadi kelangkaan tanker, manajemen dapat
menjualnya dan memperoleh keuntungan. Dalam kasus investasi peralatan otomatis,
manajemen dapat mengawali hanya dengan membeli modal dasarnya tanpa dibebani
biaya yang mahal, tetapi tetap ada pilihan untuk menambah kapasitas dan
kemampuan yang lebih besar nantinya. Kemampuan untuk menunda dimulainya suatu
proyek, untuk memperluas proyek jika kondisi menguntungkan, memangkas kerugian
jika proyek tersebut merugikan dan memodifikasi perencanaan seperti mengubah
kondisi bisnis ke hal-hal yang menambah nilai atas investasi tersebut.
Keuntungan-keuntungan ini dapat diukur menggunakan apa yang disebut analisis
opsi (real options).
7.
Peringkat
Proyek Investai Berdasarkan Urutan Pilihan
Saat
mempertimbangkan peluang investasi, manajer harus mengambil dua jenis
keputusan-keputusan penyaringan dan dan keputusan preferensi. Keputusan
penyaringan menyangkut apakah beberapa investasi yang diusulkan dapat diterima
atau tidak. Keputusan preferensi datang setelah keputusan penyaringan dan
mencoba untuk menjawab pertanyaan berikut : “Bagaimana usulan investasi yang
tersisa, semuanya sudah disaring dan menghasilkan tingkat imbalan hasil yang
dapat diterima, siurutkan berdasarkan preferensi? Yang manakah terbaik bagi
perusahaan untuk diterima?
Keputusan
preferensi lebih sulit diambil daripada keputusan penyaringan karena dana
investasi biasanya terbatas. Hal ini sering menyebabkan beberapa (banyak)
peluang investasi yang sangat mengutungkan dilewatkan.
Ø Metode Tingkat Imbalan
Hasil Internal
Jika
menggunakan metode tingkat imbal hasil internal untuk membuat peringkat proyek
investasi, aturan preferensinya adalah makin tinggi tingkat imbal hasil
internal, maka proyek tersebut makin diinginkan. Suatu proyek investasi dengan
tingkat imbal hasil internal sebesar 18% lebih dipilih daripada proyek yang
menjanjikan hanya 15%. Tingkat pengembalian hasil internal digunakan untuk
membuat peringkat proyek.
Ø Metode Nilai Kini Netto
Nilai
kini netto suatu proyek tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan proyek
lainnya kecuali investasi proyek tersebut berukuran sama. Contohnya, asumsikan
bahwa sebuah perusahaan mempertimbangkan dua pilihan investasi yaitu:
A
|
B
|
|
Investasi yang
diisyaratkan
|
$ (10.000)
|
$ (5.000)
|
Nilai kini
dari kas masuk
|
$ 11.000
|
$ 6.000
|
Nilai kini
netto
|
$ 1.000
|
$ 1.000
|
Walaupun tiap proyek mempunyai
nilai kini netto sebesar $1.000, tetapi kedua proyek tersebut sama-sama tidak
diinginkan jika dana yang tersedia untuk investasi terbatas. Proyek yang
mensyaratkan investasi hanya sebesar $5.000 lebih diingkan daripada proyek yang
menginsyaratkan investasi sebesar $10.000. kenyataan ini dapat disorot dengan membandingkan
nilai kini neto proyek dengan investasi yang diisyaratkan. Hasilnya, yang
ditunjukkan dalam bentuk persamaan di bawah, disebut indeks profitabilitas
proyek (project profitability index)
Investasi yang diisyaratkan
Indeks
profitabilitas proyek untuk kedua investasi di atas dapat dihitung sebagai
berikut:
A
|
B
|
|
Nilai netto (a)
|
$1.000
|
$1.000
|
Investasi yang
diisyaratkan (b)
|
$10.000
|
$5.000
|
Indeks
profitabilitas (a) : (b)
|
0,10
|
0,20
|
Ketika menggunakan indeks
profitabilitas proyek untuk membuat peringkat pilihan proyek investasi, aturan
preferensinya adalah sebagai berikut: makin tinggi indeks profitabilitas
proyek, maka makin diinginkan proyek tersebut. Dengan menerapkan aturan ini
untuk kedua investasi di atas, investasi B seharusnya lebih dipilih daripada
investasi A.
a.
Pengaruh
Pajak Pendapatan ke dalam Analisis Penganggaran Modal
·
Ciri-ciri dan sifat
umum
Pajak pendapatan merupakan pengeluaran kas tunai. Pajak
pendapatan dapat mempengaruhi jumlah dan/atau waktu (timing) arus kas. Peran dasar mereka dalam penganggaran modal tidak
berbeda dengan peran pembayaran kas yang lain. Tetapi pajak cenderung
mempersempit perbedaan kas di antar proyek-proyek. Penghematan kas dalam
operasi akan menyebabkan kenaikan dalam pendapatan yang terkena pajak dan
dengan demikian juga menyebabkan pengecilan pengeluaran pajak. Misalnya, suatu
tarif pajak pendapatan sebesar 40% (40 % x $ 1.000.000 = $ 400.000) akan
menurunkan penghematan operasi $1 Juta menjadi $ 600.000.
Objective 1
Meneliti
suatu ikhtisar rugi laba khas untuk menentukan pendapatan bersihsetelah
penerimaan kas pajak dari operasi
·
Dampak dari penyusutan
Organisasi yang membayar pajak
pendapatan biasanya menyimpan dua buku pencatatan- satu untuk pelaporan kepada
orang banyak/masyarakat dan satu untuk pelaporan kepada otoritas pajak. Di
Amerika Serikat dalam praktiknya tidaklah illegal atau tidak sah sesungguhnya,
itu perlu. Pelaporan pajak harus mengikuti aturan terperinci yang merancang
untuk mencapai gol tertentu. Aturan ini tidak mendorong kearah laporan keuangan
yang terbaik mengukur suatu hasil keuangan organisasi dan posisi, maka jadilah
lebih informatif laporan keuangan para pemakai jika terpisah dari satuan aturan
yang digunakan untuk pelaporan keuangan. Di dalam bab ini kita mempunyai kaitan
dengan mengukur pembayaran tunai untuk pajak. Oleh karena itu kita memusatkan
pada aturan pelaporan pajak, bukan untuk laporan keuangan publik.
Satu item yang sering berbeda antara
pelaporan pajak dan pelaporan publik adalah penyusutan. Ingatlah penyusutan itu
menyebar ongkos suatu asset atas masa penggunaannya. Hukum dan peraturan Pajak
pendapatan sudah terus meningkat mengijinkan memberi beban kepada depreciable
lives yang adalah lebih pendek dibanding masa manfaat asset. Sebagai
tambahan, untuk tujuan perpajakan, penghapusan dipercepat (accelerated
depreciation) adalah sering diijinkan, beban biaya yang mana proporsinya
besar dimana suatu tahun yang lebih awal memberi beban pada asset dan lebih
sedikit ke tahun kemudiannya. Kebalikannya, suatu penyusutan asset untuk publik
yang melaporkan tujuan pada umumnya yang sama masing-masing tahun, disebut
dengan Straight-Line Depreciation. Sebagai contoh, asset $ 10.000 jatuh
harga selama 5 masa penggunaan tahun akan mengakibatkan Straight-Line
Depreciation sebesar $ 10.000 ÷ 5 = $ 2.000 masing-masing penghapusan
dipercepat dan setiap tahun lebih dari $ 2.000 yang pada awal tahun dan kurang
dari $ 2.000 dalam tahun yang kemudiannya.
Tabel
di atas menunjukkan saling berhubungan antara laba sebelum pajak, pajak
penghasilan dan penyusutan untuk Martin’s Printing. Telitilah tabel yang
penting ini dengan seksama sebelum melanjutkan membaca.
Misalkan
bahwa perusahaan memiliki hanya satu harta tetap tunggal, yaitu peralatan cetak
yang dibeli seharga $ 125.000 kontan. Saldo akhir yang dipresentasikan untuk
tujuan pajak disebut recovery period. Jadi,
Recovery Period adalah banyaknya tahun dimana suatu asset jatuh harga
untuk tujuan perpajakan. Mesin press yang memiliki umur lima tahun dan nilai
pelepasan (disposal value) sebesar
nol. Mesin tersebut digunakan untuk memproduksi yang menghasilkan pendapatan
penjualan sebesar $ 130.000 setiap tahunnya dan beban (exluding depreciation) sebesar $ 70.000. biaya pembelian, dikurangi
taksiran nilai pelepasan, tidak terkena pajak dalam bentuk penyusutan tahunan.
Pengurangan penyusutan (dan potongan-potongan serupa yang lain yang tidak
merupakan biaya-biaya kas ketika dipotong) disebut pelindung pajak (tax
shield) karena mereka melindungi jumlah laba itu dari beban pajak. Akan
tetapi, semua beban yang diperbolehkan, baik cash maupun non cash disebut
pelindung pajak karena mengurangi pendapatan wajib pajak dan dengan begitu
mengurangi pajak penghasilan.
Depresiasi
harta merupakan suatu potongan pajak yang akan datang yang bernilai sebesar $
125.000. Nilai sekarang (Precent Value)
dari penguranngan ini langsung tergantung pada dampak tahunan yang spesifik
atas pembayaran pajak penghasilan di masa depan.
Exhibit 12-2Akibat Pajak Pendapatan Atas Analisa
Penganggaran Modal
Misalkan:
Biaya awal perlengkapan, $ 125.000; umur 5 tahun; nilai akhir (disposal value) nol; aliran kas masuk
tahunan sebelum pajak dari operasi $ 60.000; tariff pajak pendapatan 40% ,
tingkat laba sesudah pajak yang diinginkan, 12%. Seluruh item dalam dollar
kecuali factor diskon. Aliran kas sesudah pajak adalah dari Exhibit 12-1
Table
12-2 menunjukan dua metoda untuk menganalisa data bagi peneganggaran modal,
dengan asumsi penyusutan garis lurus. Keduanya menghasilkan jawaban akhir yang
sama, yaitu suatu nilai bersih sekarang (net
present value) sebesar $40.821 untuk investasi di asset ini.
b.
Pengaruh
Inflasi Terhadap Penganggaran Modal
Apakah
inflasi memengaruhi analisis penganggaran modal? Jawabannya adalah pasti ya karena inflasi berpengaruh terhadap angka-angkayang digunakan dalam
analisis penganggaran modal, tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil-hasilanalisis jika kondisi
tertentu terpengaruhi. Untuk menunjukkan apa arti pernyataan ini, kita akan
menggunakan data berikut:
Contoh
K: Martin Company ingin membeli mesin baru dengan harga $36.000. mesin tersebut
akan menghasilkan penghematan biaya tahunan sebesar $20.000 dan mempunyai umur
tiga tahun tanpa nilai sisa. Untuk setiap tahunnya dalam tiga tahun mendatang,
perusahaan mengharapkan tingkat inflasi sebesar 10% dalam arus kasnya yang
berhubungan dengan mesin baru tersebut. Jika biaya modal perusahaan sebesar
23,2% apakah mesin baru tersebut harus dibeli?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, penting untuk mengetahui bagaimana biaya modal
diperoleh. Biasaya, biaya modal didasarkan pada tingkat imbal hasil pasar atas
berbagai sumber pendapatan perusahaan baik utang maupun ekuitas. Tingkat imbal
hasil pasar ini meliputi inflasi yang diharapkan; semakin tinggi tingkat
inflasi yang diharapkan, maka semakin tinggi tingkat imbal hasil pasar atas
utang dan ekuitas. Jika pengaruh inflasi dihilangkan dari tingkat imbal hasil
pasar, hasilnya disebut tingkat imbal hasil riil. Sebagai contoh, jika tingkat
inflasi sebesar 10% dihilangkan dari biaya modal Martin yang sebesar 23,2%, maka
“biaya modal riil” hanyalah 12% seperti yang tampak di Tampilan 14B-1 (Anda
tidak dapat dengan begitu saja mengurangi tingkat inflasi dari biaya modal pasar untuk memperoleh biaya modal riil.
Perhitungannya sedikit lebih kompleks.)
Ketika
melakukan analisis sekarang bersih, seorang harus konsisten. Biaya modal
berbasis pasar mencerminkan inflasi. Oleh karena itu, jika biaya modal brebasis
pasar digunakan untuk mendiskontokan arus kas, maka arus kas tersebut harus
disesuaikan ke atas untuk mencerminkan dampak inflasi dalam periode yang akan
datang. Perhitungan untuk Martin Company menurut pendekatan ini diberikan dalam
jawaban B di Tampilan 14 B -1.
Ø Rekonsiliasi Biaya
Modal Berbasis Pasar dan Biaya Modal Riil
Biaya modal
riil……………………….
|
12%
|
|
Faktur inflasi………………….
………
|
10
|
|
Efek gabungan
(12% * 10% = 1,2%) …
|
1,2
|
|
Biaya modal
berbasis pasar……………
|
23,2%
|
Jawaban A: Inflasi Tidak Diperhitungkan
Pos
|
Tahun
|
Jumlah Arus
Kas
|
Faktor
|
Nilai Sekarang
dari Arus kas
|
Investasi awal
|
Sekarang
|
$ (36.000)
|
1,000
|
$ (36.000)
|
Penghematan
biaya tahunan
|
1-3
|
$ 20.000
|
2,402
|
$ 48.040
|
Nilai bersih
sekarang
|
$ 12.040 ~
|
Jawaban B: Inflasi
Diperhitungkan
Pos
|
Tahun
|
Jumlah Arus
Kas
|
Indeks Harga *
|
Arus kas
dengan Harga yang disesuaikan
|
Faktor 23,2%+
|
Nilai sekarang
dari arus kas
|
Investasi awal
|
Sekarang
|
$ (36.000)
|
1,000
|
$ (36.000)
|
1,000
|
$ (36.000)
|
Investasi awal
|
1
|
$ 20.000
|
1,100
|
$ 22.000
|
0,812
|
17.864
|
2
|
$ 20.000
|
1,210
|
$ 24.000
|
0,659
|
15.948
|
|
3
|
$ 20.000
|
1,331
|
$ 26.620
|
0,535
|
14.242
|
|
Nilai bersih
sekarang
|
$ 12.054 ~
|
Keterangan:
-
*perhitungan
angka indeks harga, mengasumsikan tingkat inflasi 10% setiap tahun: Tahun 1,
(1,10)=1,10 Tahun 2, (1,10)2 = 1,21; dan Tahun 3, (1,10)3=1,331.
-
+Rumus diskonto
dihitung menggunakan rumus 1/(1+r)n, dimana r adalah factor diskonto dan n
adalah jumlah tahun.perhitungannya adalah 1/1,232 = 0,812 untuk Tahun 1;
1/(1,232)2= 0,6569 untuk Tahun 2; dan 1/(1,232)3 = 0,535 untuk Tahun 3.
-
~Angka-angka ini
berbeda hanya karena kesalahan pembulatan.
Di
lain pihak, tidak perlu menyesuaikan
arus kas ke atas jika biaya modal riil digunakan dalam analisis (karena
dampak inflasi sudah dikeluarkan dari tingkat diskonto). Perhitungan untuk
Martin Company menurut pendekatan ini ada jawaban (dalam selisih pembulatan)
tanpa memperhatikan pendekatan mana yang digunakan sepanjang seseorang
konsisten dan seluruh kas yang berhubungan dengan proyek tersebut terpengaruh
inflasi dengan cara yang sama.
Beberapa
poin tentang jawaban B harus diperhatikan, dimana dampak inflasi secara
eksplisit diperhitungkan. Pertama, perhatikan bahwa penghematan biaya tiap
tahun dengan angka indeks harga yang menunjukkan tingkat inflasi 10%. (Amati
catatan kaki tampilan bagaimana angka
indeks dihitung untuk tiap-tiap tahun). Kedua, perhatikan bahwa nilai sekarang
bersih yang diperoleh pada jawaban B, di mana inflasi secara eksplisit
diperhitungkan, adalah sama, dalam selisih pembulatan, dengan yang diperoleh di
jawaban A, di mana pengaruh inflasi diabaikan. Hasilnya terlihat mengejutkan,
tetapi masuk akal. Alasannya adalah bahwa kita telah menyesuaikan arus kas dan
tingkat diskonto sehingga keduanya konsisten, dan penyesuaian ini saling
menghapuskan di antara dua jawaban tersebut.
Dalam
hal ini, biaya modal berbasis pasar dan
biaya modal riil adalah sama, dan tidak ada alasan untuk menyesuaikan arus kas
terhadap inflasi karena memang tidak ada inflasi. Jika terdapat inflasi, arus
kas yang belum disesuaikan dapat digunakan dalam analisis jika semua arus kas
dipengaruhi dengan cara yang sama oleh inflasi dan biaya modal riil digunakan
untuk mendiskontokan arus kas. Sebaiknya, arus kas harus disesuaikan terhadap
inflasi dan biaya modal berbasis pasar harus digunakan dalam analisis tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar